TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan aksi unjuk rasa kembali memanas di kota utama, Almaty pada Kamis (6/1/2022).
Rusia mengerahkan pasukan untuk menstabilkan situasi di Kazakhstan.
Pasukan dikirim di salah satu bekas sekutu Soviet terdekat Moskow.
Polisi di Almaty mengatakan, puluhan perusuh telah terbunuh pada Rabu malam hingga Kamis dini hari, seperti diberitakan CNA.
Pihak berwenang mengatakan, sedikitnya 18 anggota pasukan keamanan tewas, termasuk dua ditemukan dipenggal.
Sementara, lebih dari 2.000 orang ditangkap.
Baca juga: Menlu AS dan Jerman Satu Sikap Hadapi Ancaman Rusia Terhadap Ukraina
Baca juga: 3 Anggota DPR Tengah Kunker di Kazakhstan Saat Negara Itu Dilanda Kerusuhan
Setelah malam konfrontasi jalanan antara pengunjuk rasa dan tentara, kediaman presiden di kota dan kantor wali kota keduanya terbakar, dan mobil-mobil yang terbakar berserakan di kota.
Personel militer mendapatkan kembali kendali atas bandara utama, yang sebelumnya direbut oleh pengunjuk rasa.
Kamis malam terjadi pertempuran baru di alun-alun utama Almaty, yang diduduki secara bergantian oleh pasukan dan ratusan pengunjuk rasa sepanjang hari.
Wartawan Reuters mendengar ledakan dan tembakan ketika kendaraan militer dan sejumlah tentara maju, meskipun penembakan berhenti lagi setelah malam tiba.
Kantor berita TASS mengutip para saksi yang mengatakan orang-orang telah tewas dan terluka dalam tembakan baru itu.
Pengerahan Rusia adalah pertaruhan oleh Kremlin bahwa kekuatan militer yang cepat dapat mengamankan kepentingannya di negara Asia Tengah yang memproduksi minyak dan uranium, dengan segera menghentikan kekerasan terburuk dalam 30 tahun kemerdekaan Kazakhstan.
Produksi minyak di ladang utama Kazakhstan Tengiz berkurang pada hari Kamis.
Operatornya Chevron mengatakan, itu karena beberapa kontraktor mengganggu jalur kereta api untuk mendukung protes.