TRIBUNNEWS.COM - Pada Senin (9/1/2022) Australia mencatat kasus infeksi virus corona melampaui satu juta.
Lebih dari setengahnya tercatat dalam sepekan terakhir, ketika varian Omicron merebak di sebagian besar negara bagian dan meningkatkan jumlah rawat inap.
Australia dikenal dengan keberhasilannya dalam menahan beban kasus infeksi virus corona lewat penguncian ketat dan kontrol perbatasan sejak awal pandemi.
Kini negara itu menderita rekor kasus ketika pemerintah menerapkan 'hidup dengan virus' setelah angka vaksinasi meningkat.
Baca juga: Australia Bakal Tetap Melarang Djokovic Masuk Benua Hijau Sekalipun Jika Dia Menang Banding
Baca juga: Visa Djokovic Untuk Masuk Australia Dicabut, Ayah Djokovic Menggalang Perlawanan
Melansir Reuters, sementara itu New South Wales dan Victoria pada Senin (9/1/2022) melaporkan sekitar 55.000 kasus baru.
Dengan jumlah tersebut total infeksi Covid di Australia menyentuh 1,03 juta sejak awal pandemi dua tahun lalu.
Sebanyak 2.387 kematian telah terdaftar sejauh ini, berkat 92% orang di atas 16 tahun telah menerima dosis ganda dan program booster, tingkat kematian selama gelombang Omicron lebih rendah daripada selama wabah virus sebelumnya.
Meningkatnya jumlah rawat inap memaksa pejabat untuk memberlakukan kembali beberapa pembatasan di negara bagian, sementara kekurangan staf karena aturan isolasi atau orang sakit telah memukul bisnis.
Pihak berwenang telah memotong waktu isolasi wajib untuk kontak dekat dan mempersempit definisi 'kontak dekat', tetapi masih meninjau aturan untuk pekerja cuti yang telah memperlebar kesenjangan rantai pasokan.
Baca juga: Novak Djokovic Tak Bisa Tampil di Australia Terbuka Gara-gara Masalah Vaksinasi, Visa-nya Dicabut
Baca juga: Australia Ketiban Untung Imbas Adanya Aturan Larangan Ekspor Batu Bara di Indonesia
Mulai Senin, vaksin COVID Pfizer (PFE.N) diberikan kepada 2,3 juta anak berusia lima hingga 11 tahun, di tengah laporan kekurangan stok suntikan, yang dikesampingkan oleh pihak berwenang.
"Ada cukup vaksin dan ada cukup titik distribusi, hanya sedikit kesabaran," Letnan Jenderal John Frewen, kepala satuan tugas vaksinasi, mengatakan kepada Australian Broadcasting Corp, Senin.
Visa Novak Djokovic
Aturan ketat perbatasan Australia menjadi pusat perhatian manakala pihak berwenang membatalkan visa bintang tenis, Novak Djokovic.
Djokovic ditolak untuk memasuki negara Australia.
Hal itu disebabkan statusnya yang belum mendapatkan vaksin Covid-19 apapun.
Sebagai informasi, Djokovic termasuk dalam kelompok yang memilih untuk tidak divaksin Covid-19.
Baca juga: Hasil Drawing ATP Cup 2022: Serbia Diperkuat Novak Djokovic, Berikut Daftar Lengkapnya
Padahal, Australia kini tengah menerapkan kebijakan wajib vaksin Covid-19 bagi para pendatang, sebagaimana dikutip dari laman The Age.
Dikutip dari NY Times, Djokovic tertahan selama 10 jam di bandara Melbourne.
Hal itu terjadi saat ia mengurus surat-surat yang diperlukan untuk memasuki negara tersebut.
Ia juga harus menjawab beberapa pertanyaan yang bisa membuatnya mendapat kelonggaran untuk masuk ke Austalia.
Kelonggaran yang dimaksud adalah ketika seseorang pernah terinfeksi Covid-19 dalam kurun waktu enam bulan terakhir.
Seseorang yang termasuk dalam golongan tersebut boleh memasuki negara Australia dengan status belum vaksin.
Hal itu terjadi lantaran adanya kekebalan tubuh yang masih cukup kuat pasca-terkena Covid-19 dalam kurun waktu enam bulan lalu.
Sayangnya, kelonggaran tersebut tak mendapat persetujuan dari panel medis yang menangani para atlet di Australia Open.
Mereka hanya mau memberi izin kepada petenis yang sudah mendapat vaksin dua kali.
Dikutip dari Mundo Deportivo, pengacara Djokovic akan mengajukan keberatan atas apa yang terjadi pada kliennya ini.
Namun kemungkinan besar, keberatan tersebut akan ditolak pihak terkait.
Turnamen Australia Open 2022 sendiri dijadwalkan digelar pada 17 hingga 30 Januari 2022 mendatang.
Berita lain terkait dengan Omicron
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Guruh)