TRIBUNNEWS.COM – Sebuah penelitian menunjukkan bahwa remaja berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah akibat Covid-19 daripada anak-anak dan remaja.
Dilansir dari UPI, penelitian yang diterbitkan JAMA Network Open, Selasa (11/1/2022) menyebutkan, hanya kurang dari 23 persen warga berusia 18 tahun atau lebih muda yang dites positif terkena virus Corona yang dirawat di rumah sakit.
Dari jumlah tersebut, sebut para peneliti, sekitar tiga persen mengalami komplikasi kesehatan yang serius.
Para peneliti menyebutkan, mereka yang berusia 10 hingga 18 tahun hampir 2,5 kali lebih mungkin mengalami gejala parah dibandingkan dengan anak-anak yang lebih muda.
Selain itu, kata para peneliti, orang muda dengan kondisi kesehatan kronis memiliki risiko lebih dari dua kali lipat lebih tinggi untuk menderita penyakit serius daripada anak-anak yang sehat.
Baca juga: Amerika Serikat Alami Lonjakan 1,35 Juta Kasus Covid-19 dalam Sehari, Pecahkan Rekor Global
Baca juga: Ilmuwan Sebut Dampak Omicron Tak Parah karena Virus Sulit Menginfeksi Sel Paru-paru
Temuan ini didasarkan pada analisis data hingga 21 Juni 2021, atau sebelum munculnya varian virus Omicron di sebagian besar dunia dan sebelum vaksin tersedia untuk mereka yang berusia di bawah 16 tahun.
Para peneliti juga mengatakan bahwa mereka hanya memasukkan data untuk orang muda yang terinfeksi Covid-19 dan masuk ruang gawat darurat, dan tidak mencerminkan semua orang yang dites positif terkena virus.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengumumkan Jumat (7/1/2022) bahwa Amerika Serikat telah mencatatkan peningkatan jumlah anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir sekarang setelah menyebarnya varian Omicron.
"Jika anak-anak cukup sakit sehingga perlu dirawat di rumah sakit, beberapa mengalami hasil yang parah," rekan penulis studi Dr Stephen Freedman mengatakan kepada UPI melalui email.
"Mereka yang paling berisiko mengalami hasil yang parah adalah anak-anak yang lebih tua, terutama remaja dan mereka yang memiliki penyakit mendasar yang signifikan," kata Freedman.
Baca juga: Studi: Antibodi Varian Omicron Dapat Memblokir Infeksi Varian Delta
Baca juga: Studi di Inggris: Vaksin Pfizer, AstraZeneca Kurang Efektif Melawan Covid-19 Varian Omicron
Freedman adalah profesor pediatri dan pengobatan darurat di Institut Penelitian Rumah Sakit Anak Alberta Universitas Calgary di Kanada.
Selama tahun pertama pandemi, kata para peneliti, anak-anak dan remaja ditemukan memiliki risiko lebih rendah untuk Covid-19 dan untuk sakit parah akibat penyakit tersebut.
Namun, tren tersebut mulai berubah dengan munculnya virus varian Delta pada musim semi lalu.
Untuk penelitian ini, Freedman dan rekan-rekannya menganalisis data lebih dari 3.000 orang berusia 18 tahun ke bawah yang dinyatakan positif Covid-19 di 41 ruang gawat darurat rumah sakit di 10 negara, termasuk Amerika Serikat.
Lebih dari 60 persen anak muda yang termasuk dalam analisis berasal dari Amerika Serikat.
Baca juga: Studi di China: Jarak Vaksin Booster dengan Vaksin Kedua yang Lebih Lama Meningkatkan Antibodi
Dari pasien ini, sebut peneliti, 15 persen menunjukkan bahwa mereka memiliki setidaknya satu kondisi kesehatan kronis, dengan gangguan neurologis dan perkembangan yang paling umum.
Data menunjukkan, dalam 14 hari setelah pengujian positif, 735 atau 23 persen dari mereka yang dalam penelitian ini dirawat di rumah sakit karena Covid-19.
Dari jumlah itu, tiga persen mengalami komplikasi parah, termasuk masalah jantung dan paru-paru dan MIS-C, atau sindrom inflamasi multi-sistem pada anak-anak.
Menurut peneliti, empat dari anak-anak yang termasuk dalam analisis meninggal karena virus dan komplikasi terkait.
Namun Freedman mengingatkan, “Apa efek varian Omicron pada angka-angka ini masih harus ditentukan.” (Tribunnews.com/UPI/Hasanah Samhudi)