TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan biotek Amerika Serikat (AS) Moderna mengumumkan telah memulai uji klinis vaksin dosis booster yang dirancang khusus untuk memerangi varian Omicron dari virus corona, Rabu (26/1/2022).
Sehari sebelumnya, Pfizer juga telah melakukan uji coba serupa.
Dilansir CNA, uji coba akan melibatkan total 600 orang dewasa.
Setengah dari jumlah tersebut telah menerima dua dosis vaksin Covid-19 Moderna setidaknya enam bulan lalu.
Sementara, setengah lagi telah menerima dua dosis ditambah dosis booster.
Booster yang secara khusus menargetkan Omicron akan dievaluasi sebagai dosis ketiga dan keempat.
Baca juga: Ahli Virologi: Vaksin Sputnik V Sanggup Kalahkan Omicron dan Seefektif Booster Universal
Baca juga: 8 Fakta Ilmiah Terkini tentang Covid-19 Varian Omicron, Masa Inkubasi hingga Efektifitas Vaksin
Moderna juga melaporkan hasil kemanjuran booster terhadap Omicron yang telah disahkan.
Dikatakan bahwa enam bulan setelah injeksi booster, tingkat antibodi penetral terhadap Omicron berkurang enam kali lipat dari puncak yang diamati 29 hari setelah injeksi, tetapi tetap terdeteksi pada semua peserta.
Data ini diperoleh dengan mempelajari darah 20 orang yang menerima booster 50 mikrogram, setengah dari jumlah dua suntikan pertama.
"Kami diyakinkan oleh ketahanan antibodi terhadap Omicron dalam enam bulan setelah booster yang saat ini diizinkan", kata kepala eksekutif Moderna Stephane Bancel.
"Meskipun demikian, mengingat ancaman jangka panjang yang ditunjukkan oleh lolosnya kekebalan Omicron, kami memajukan kandidat penguat vaksin varian khusus Omicron kami dan kami senang untuk memulai bagian dari studi Fase 2 kami ini," lanjut Bancel.
Pernyataan Moderna datang sehari setelah saingan Pfizer dan BioNTech mengatakan mereka telah memulai pendaftaran untuk uji klinis untuk vaksin khusus Omicron.
Kedua vaksin tersebut didasarkan pada teknologi messenger RNA, yang membuatnya relatif mudah untuk diperbarui agar dapat mengikuti mutasi khusus untuk varian baru.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, mulai melihat penurunan kasus yang terkait dengan gelombang infeksi yang disebabkan oleh Omicron, varian paling menular yang terdeteksi sejauh ini, tetapi jumlah infeksi di seluruh dunia terus meningkat.