TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Lebih dari 300 pekerja kota dan pekerja lainnya di New York, Amerika Serikat (AS), berbaris melintasi Jembatan Brooklyn pada Senin lalu untuk memprotes pengumuman bahwa 'pekerja kota tanpa vaksinasi virus corona (Covid-19)' akan dipecat pada akhir minggu ini.
Para demonstran itu berkumpul di depan markas FDNY di Brooklyn dan meneriakkan 'Tidak ada tirani medis, tidak ada mandat vaksin. Tubuh saya, pilihan saya. Vaksinasi tidak boleh ada paksaan', sebelum akhirnya berbaris melintasi Jembatan Brooklyn menuju Balai Kota New York.
Dikutip dari laman New York Post, Rabu (9/2/2022), petugas pemadam kebakaran Paul Schweit yang berusia 31 tahun pun memimpin teriakan yel-yel itu.
Baca juga: Temuan Omicron pada Rusa New York Timbulkan Kekhawatiran Soal Varian Baru Covid-19
Ia merupakan pendiri Braves for Choice, sebuah kelompok anti-mandat FDNY.
"Kami menghancurkan narasi bahwa kami anti-vaxxers, kami menghancurkan narasi bahwa kami menyebarkan informasi yang salah. Kami di sini untuk pilihan, itu saja, pilihan untuk memilih untuk tetap bekerja," kata Schweit.
Di sisi lain, Juru Bicara Balai Kota New York menekankan bahwa pekerja kota yang belum menunjukkan kartu vaksin akan dipecat pada Jumat ini.
"Jumlah tersebut diperkirakan termasuk diantaranya sekitar 3.000 karyawan yang tidak mendapatkan bayaran sejak gagal memenuhi tenggat waktu vaksinasi pada November 2021," kata Juru bicara Balai Kota New York.
Baca juga: Serbu Bioskop di New York City, 10 Pengunjuk Rasa Anti Vaksin Covid-19 Ditangkap Polisi
Selain itu, sekitar 1.000 pekerja kota yang dipekerjakan sejak aturan berlaku namun belum menunjukkan bukti vaksinasi juga terancam mengalami sanksi ini.
Perlu diketahui, ada sekitar lebih dari 325.000 pegawai kotamadya di kota itu.
Berbaris dengan pengawalan ketat polisi saat melintasi sisi Jembatan Brooklyn menuju Manhattan, para demonstran tampak membawa bendera Amerika berukuran besar.
Mereka berhenti di sisi Manhattan untuk membacakan Ikrar Kesetiaan.
"Yang terpenting adalah persatuan, saya pikir sangat penting untuk menyatukan orang-orang," tegas Schweit.
Baca juga: New York International Auto Show Akan Kembali Pada April 2022
Sementara itu salah satu pekerja berusia 48 tahun yang ikut dalam aksi tersebut, Kola Smith mengatakan bahwa keluarganya saat ini sangat sengsara karena menghadapi masalah kesehatan dan keuangan.
"Keluarga saya sedang sakit sekarang, saya menderita membayar tagihan. Saya tidak tahu apakah cakupan kesehatan saya akan terputus. Saya tidak tahu apa yang akan kita lakukan," kata Smith.
Smith merupakan seorang pekerja sanitasi kota yang mengaku telah mengambil cuti yang tidak dibayar sejak Januari 2022, saat permohonannya untuk tidak mendapatkan vaksinasi karena alasan pengecualian agama ditolak.
"Tidak ada yang harus dipaksa untuk divaksinasi demi mata pencaharian mereka, anda harus punya pilihan," tegas Smith.
Baca juga: Menkes Ingatkan Kota Bekasi Harus Hati-hati, Perang Lawan Omicron Pakai Masker dan Cepat Vaksin
Baca juga: Tak Mau Divaksin Covid-19, Ayah di Kanada Kehilangan Hak Asuh Ketiga Anaknya
Sementara itu, seorang pekerja berusia 51 tahun bernama Orline Borno tampak memegang papan bertuliskan 'Kehidupan yang Tidak Divaksinasi Itu Penting'.
Sebagai seorang guru yang mengabdi selama 26 tahun di Departemen Pendidikan, Borno mengaku telah mengambil cuti yang tidak dibayar sejak pengajuan alasan pengecualian agamanya ditolak pada Oktober 2021.
"Itu penghinaan, tidak ada proses hukum, tidak ada pilihan, itu dipaksakan," jelas Borno.
Menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, orang yang divaksinasi secara lengkap 14 kali lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena infeksi Covid-19 dibandingkan mereka yang tidak divaksinasi.
Sumber: https://www.google.com/amp/s/nypost.com/2022/02/07/nyc-workers-protest-expected-firings-over-vaccine-mandate/amp/