Kemudian, hal itu mencegah satelit meninggalkan mode aman untuk memulai manuver peningkatan orbit, hingga 40 satelit akan masuk kembali atau sudah memasuki kembali atmosfer bumi.
Satelit-satelit yang mengalami deorbiting tidak menimbulkan risiko tabrakan dengan satelit-satelit lain dan secara desain akan mati saat masuk kembali ke atmosfer.
Artinya, tidak ada puing-puing orbit yang terbentuk dan tidak ada bagian-bagian satelit yang menyentuh tanah.
Situasi unik ini menunjukkan upaya keras yang telah dilakukan tim Starlink untuk memastikan sistem berada di ujung tombak mitigasi puing di orbit.
Baca juga: 40 Satelit Starlink SpaceX Hancur Dihantam Badai Geomagnetik Sehari setelah Peluncuran
Apa itu Geometric Storms?
Badai geomagnetik adalah gangguan magnetik di magnetosfer Bumi yang disebabkan oleh partikel bermuatan energi yang berasal dari matahari yang dikenal sebagai angin matahari.
Sementara magnetosfer Bumi (sistem medan magnet yang mengelilingi Bumi), membelokkan sebagian besar partikel ini, beberapa bisa melewatinya.
Badai ini bisa ringan dan menciptakan aurora yang indah di langit, tetapi juga dapat mengganggu teknologi Bumi secara serius.
Geometric Storms terjadi selama pelepasan energi magnet yang terkait dengan bintik matahari (daerah 'gelap' di Matahari yang lebih dingin daripada fotosfer di sekitarnya).
Badai matahari dapat berlangsung selama beberapa menit atau jam.
Badai matahari yang mengorbit satelit terjadi pada 1 dan 2 Februari, dan jejaknya yang kuat diamati pada 3 Februari 2022.
Badai khusus hari Jumat (4/2/2022) mengikuti "beberapa aktivitas letusan di matahari pada akhir Januari," kata Murtagh.
Ia menambahkan, aktivitas ini menghasilkan lontaran massa korona (CME), atau letusan kuat di permukaan matahari yang memuntahkan materi matahari ke luar.
CME dapat dilihat sebagai "pada dasarnya magnet yang ditembakkan ke luar angkasa oleh matahari" dan selama badai geomagnetik material itu "akan berpasangan dengan medan magnet Bumi."