News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

PM Belanda Minta Maaf atas Kekejaman selama Perang Kemerdekaan Indonesia

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte memberikan pers untuk memperketat pembatasan Covid-19 di Kementerian Kehakiman dan Keamanan di Den Haag, pada 26 November 2021. - Belanda akan memperketat penguncian sebagian Covid-19 dengan penutupan awal bar, restoran, dan toko untuk mengekang lonjakan kasus, Perdana Menteri Mark Rutte mengatakan pada 26 November 2021. (Photo by Bart Maat / ANP / AFP) / Netherlands OUT

Dengan munculnya tinjauan sejarah ini, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meminta maaf kepada Indonesia, Kamis (17/2/2022).

Tidak hanya soal kekejaman yang terjadi, tapi juga atas kegagalan pemerintah Hindia Belanda selama masa penjajahan di Indonesia.

"Atas kekerasan ekstrem yang sistematis dan meluas dari pihak Belanda pada tahun-tahun itu dan sikap konsisten yang dilakukan pemerintah sebelumnya, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada rakyat Indonesia," kata Rutte.

Menurutnya, Belanda harus mengakui temuan tersebut.

"Itu keras, tetapi tidak dapat dihindari," ujarnya.

Ia mengaku pemerintah bertanggung jawab penuh atas 'kegagalan kolektif'.

Dilaporkan Straits Times, diyakini sekitar 100.000 orang Indonesia tewas sebagai akibat langsung dari perang, dan meskipun persepsi konflik telah berubah di Belanda, pemerintah Belanda tidak pernah sepenuhnya memeriksa atau mengakui ruang lingkup tanggung jawabnya.

Di tahun 1969, pemerintah Belanda menyimpulkan pasukannya secara keseluruhan telah berperilaku benar selama konflik, tetapi mengakui pada tahun 2005 bahwa mereka "berada di sisi sejarah yang salah".

Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte (AP)

Baca juga: Varian Baru HIV yang “Sangat Mematikan” Ditemukan di Belanda

Baca juga: Aktor asal Belanda Ini Ungkap Alasan Ingin Menjadi WNI

Permintaan maaf tentang perang tersebut bukanlah yang pertama dari Belanda ke Indonesia tetapi merupakan pengakuan pertama bahwa kekerasan sistematis yang disengaja telah terjadi.

Dalam kunjungannya ke Indonesia pada Maret 2020, Raja Willem-Alexander membuat permintaan maaf yang mengejutkan atas "kekerasan berlebihan" yang dilakukan pasukan Belanda.

Pada 2016, Menteri Luar Negeri Belanda Bert Koenders meminta maaf atas pembantaian pasukan Belanda terhadap 400 penduduk desa Indonesia pada tahun 1947.

Meskipun studi ini berfokus pada tindakan Belanda, ada catatan bahwa pasukan Indonesia juga menggunakan kekerasan untuk melakukan perlawanan.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini