Pada 2002, sebuah teater di Moskwa diduduki 40 militan Chechnya yang dipimpin Movsar Barayev. Tak ambil pusing, Putin memerintahkan pasukan khusus menyerang.
Alhasil, dalam krisis selama tiga hari itu sebanyak 129 dari 912 sandera tewas. Selain menewaskan ratusan sandera, pasukan khusus Rusia juga menewaskan Barayev tepat di hari ulang tahunnya yang ke-23.
Ini adalah masa krisis bagi Putin dan banyak yang menduga krisis sandera ini akan menghancurkan popularitas Putin.
Namun, ternyata ketegasannya dalam menghadapi penyandera meski memakan banyak korban justur melambungkan popularitasnya. Bahkan saat itu, tingkat penerimaan Putin oleh rakyat Rusia mencapai 83 persen.
Pada 2004, Putin terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya dan masih fokus untuk mengurusi masalah dalam negeri.
Meski sukses merebut hati rakyat, Putin menuai kritik karena upayanya memberangus kebebasan pers.
Anna Politskovskaya, seorang jurnalis, ditemukan dibunuh di lobi apartemennya pada 2006 tak lama setelah dia menulis dugaan korupsi di tubuh AD Rusia dan di saat yang sama Anna menyampaikan dukungan untuk Chechnya.
Anna tewas tepat di hari ulang tahun Putin, tetapi sang presiden membantah keterkaitannya dalam kematian jurnalis itu.
Putin bahkan berkata, kematian Anna justru menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang tulisannya di surat kabar.
Meski demikian, negara-negara Barat tetap mengkritik Putin yang dianggap gagal melindungi kebebasan pers di Rusia.
Beberapa pekan setelah kematian Anna Politkovskaya, seorang pembelot FSB ditemukan tewas diracun di London.
Hebatnya, semua dengan semua skandal yang membuatnya dihujani kritik di luar negeri tak menggoyahkan kepercayaan rakyat Rusia kepadanya.
Selama dua masa jabatannya, GDP Rusia meningkat 70 persen dan investasi bertumbuh 125 persen. Saat itu Putin juga diuntungkan dengan tingginya harga minyak bumi yang merupakan salah satu andalan Rusia.
Kembali ke kursi presiden
Pada 2012, Putin kembali memenangkan pemilihan presiden untuk masa jabatan selama enam tahun.
Pemilihan kali ini diwarnai kontroversi karena masa jabatan ketiga banyak dipertanyakan karena dianggap tak sesuai dengan konstitusi dan pengamat menuding adanya kecurangan.
Di masa jabatannya kali ini, tepatnya pada 2012, Putin memutuskan untuk menganeksasi Semenanjung Crimea.
Langkah ini kemudian menjadi sebuah keputusan geopolitik yang rumit sekaligus kontroversial.
Sebelum terguling Presiden Ukraina Viktor Yanukovych mengirim surat kepada Putin meminta bantuan militer untuk "menegakkan hukum dan ketertiban di Ukraina".
Presiden Vladimir Putin kerap membunuh pengkhianat secara diam-diam. (The Telegraph)
Menurut harian The New York Times, parlemen Rusia kemudian memberi wewenang penuh kepada Putin untuk menggunakan militer dalam merespon kisruh politik di Ukraina yang menyingkirkan pemerintah pro-Kremlin yang diganti pemerintah pro-Barat.
Pemerintah Ukraina yang baru sudah mengancam akan memerangi Rusia jika negeri itu mengirim kan tentaranya. Namun, Putin bergeming dan pada 2 Maret 2014, Rusia sudah menduduki Crimea.
Langkah ini membuat Barat menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia, yang dibalas Putin dengan mempererat hubungan dengan China.
Sumber: Tribunnews.com/Kompas.com/Tribunwiki