News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Media Milik Pemerintah Rusia Menghadapi Masalah Baru di Eropa

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivis memprotes invasi Rusia ke Ukraina dan memegang tanda bertuliskan Blokir Rusia Dari SWIFT selama demonstrasi di Lafayette Square, di seberang Gedung Putih, di Washington, DC pada 25 Februari 2022

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Ruptly, sebuah kantor berita milik negara Rusia yang berbasis di Berlin, Jerman menghadapi masalah baru.

Di tengah invasi militer Rusia ke Ukraina,  staf dari kantor berita itu melakukan eksodus besar-besaran.

Dikutip dari  Reuters, Selasa (1/3/2022), para karyawan Ruptly mengeluh bahwa mereka diminta untuk tidak menggambarkan invasi tersebut.

Kondisi mengakibatkan munculnya protes editorial lainnya.

Terkait invasi ini, Rusia mengatakan penempatan pasukan militernya di Ukraina adalah 'operasi khusus' dan telah memperingatkan media lokal atau yang didanai Rusia untuk menggunakan terminologi itu.

Chief Content Officer Ruptly, Ekaterina Mavrenkova pun meminta para staf media itu untuk tidak terpaku pada pemilihan kata yang tepat.

"Semua kata yang kami gunakan, tidak mengubah kenyataan dengan cara apapun. Dengan semua seluk-beluk linguistik ini, ada cara untuk menyajikan gambar secara objektif tanpa jatuh ke sisi mana pun," kata Mavrenkova, dalam rekaman yang didengar oleh Reuters.

Baca juga: BWF Larang Seluruh Atlet Rusia Tampil di Semua Turnamen Badminton

Sementara itu Chief Marketing Officer Ruptly, Sean Lynn menegaskan dirinya sudah tidak tergabung dalam agensi media tersebut.

"Mulai 25 Februari 2022, saya tidak lagi bekerja sebagai Chief Marketing Officer di Ruptly," kata Lynn.

Didirikan pada 2013 lalu, untuk memberikan berita kepada media internasional milik negara Rusia yakni Russia Today (RT) dan pelanggan lainnya, Ruptly menyediakan video dari seluruh dunia.

Agensi yang bersaing dengan layanan yang ditawarkan oleh Reuters ini merupakan bagian dari kerajaan berita sekutu Putin, Margarita Simonyan.

Simonyan sejauh ini telah dipojokkan dengan memburuknya ketegangan sosial di negara-negara Barat, dengan berfokus hanya pada adegan perselisihan saja.

Ia dan jaringannya mengatakan bahwa mereka menyediakan keragaman yang sangat dibutuhkan agar kontras dengan apa yang digambarkan sebagai homogenitas media Barat.

Sebelumnya, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan pada hari Minggu lalu bahwa RT dan Sputnik, dua organisasi berita negara Rusia yang juga dijalankan oleh Simonyan, akan dilarang di Uni Eropa (UE).

Sementara Simonyan dikenai sanksi sebagai 'tokoh sentral' dari mesin propaganda Rusia.

Status Ruptly yang terdaftar di Jerman pun saat ini masih belum jelas.

Akses RT dan Sputnik di UE bahkan turut dibatasi oleh Meta Platforms.

"Meta Platforms, perusahaan induk Facebook, akan membatasi akses ke RT dan Sputnik pada platformnya di seluruh Uni Eropa," kata perusahaan itu.

Bukan  untuk ekspansi

Setidaknya 3 editor senior di agensi tersebut telah menyatakan resign pada Senin kemarin.

Hal ini disampaikan seorang anggota staf Ruptly yang meminta namanya untuk tidak disebutkan.

Salah satu petinggi yang hengkang adalah Kepala Perencanaan Katerina Alexandridi.

"Beberapa rekan kami akan pergi, untuk saat ini kami akan menjaga agar Ruptly berfungsi semaksimal mungkin, tetapi misalnya, shift malam untuk sementara tidak akan dikelola," kata Kepala Eksekutif Dinara Toktosunova.

Sebuah halaman profil 26 staf senior Ruptly pun telah dihapus dari situs web itu pada Senin kemarin, meskipun halaman tersebut disimpan di situs arsip.

Toktosunova mengatakan bahwa perusahaan memiliki uang untuk membayar staf hingga akhir tahun dan menawarkan untuk merelokasi mereka ke Rusia jika bisnis tersebut tidak mungkin berfungsi di Jerman.

"Semua orang sedang bingung atau telah mengundurkan diri, anda tidak bisa menjadi bagian dari hal seperti itu lalu tiba-tiba pergi ke kamp pengungsi dan berpura-pura anda (peduli)," kata anggota staf Ruptly.

LinkedIn mendaftarkan 125 orang di Jerman yang saat ini bernaung di bawah Ruptly pada Senin kemarin.

Kepergian sebagian staf tersebut merupakan pukulan terakhir bagi jaringan penyiaran internasional Rusia, yang baru-baru ini berencana untuk meluncurkan edisi baru RT berbahasa Jerman.

Lini baru ini disebut akan mempekerjakan sekitar 200 staf.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini