News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Negosiator Ukraina Denis Kireev Tewas Ditembak, Diduga Berkhianat Bocorkan Informasi ke Rusia

Penulis: Inza Maliana
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu anggota negosiator Ukraina Denis Kireev tewas ditembak petugas, diduga berkhianat dan hendak lakukan makar.

TRIBUNNEWS.COM - Dinas Keamanan Ukraina (SBU) menembak mati seorang negosiator Ukraina di Homel, Belarusia.

Negosiator yang ikut berunding dengan Rusia di Homel tersebut ialah Denis Kireev.

Menurut sumber dari kantor berita Ukrainska Pravda, Dinas Keamanan Ukraina menembak mati Denis Kireev selama penahanannya.

Denis Kireev dicurigai melakukan makar.

"Lawan bicara tingkat tinggi di blok kekuasaan dan di lingkaran politik. Dia sudah mati," ujar sumber tersebut, dikutip Tribunnews.com dari Ukrainska Pravda, Minggu (6/3/2022).

Sumber itu juga mengatakan, Dinas Keamanan Ukraina memiliki bukti kuat atas kecurigaan Denis membocorkan informasi ke Rusia.

"Menurut lawan bicara di kalangan politik, Dinas Keamanan memiliki bukti yang jelas tentang pengkhianatan Kireev, termasuk percakapan telepon," ujar sumber tersebut.

Baca juga: Sosok Jenderal Top Rusia yang Tewas Ditembak Sniper Ukraina, Kematiannya Jadi Pukulan Berat Putin

Baca juga: Zelenskyy: Rusia Segera Kuasai Pembangkit Nuklir Ke-3, Israel Diminta Jadi Penengah

Salah satu anggota negosiator Ukraina Denis Kireev tewas ditembak petugas, diduga berkhianat dan hendak lakukan makar. (Ukrainska Pravda)

Sementara, sumber lain juga mengonfirmasi soal kematian Denis Kireev.

"Dia adalah seorang agen. Anda tahu mengapa agen dibunuh," jelasnya.

Adapun, Denis Kireev ikut melakukan perundingan dengan delegasi Rusia di Homel pada 28 Februari 2022 lalu.

Namun, hingga saat ini tidak diketahui apa yang dia lakukan setelah meninggalkan perundingan tersebut.

Sementara, pemerintah Ukraina juga belum mengonfirmasi soal kematian Denis Kireev.

Denis Kireev dikenal sebagai seorang bankir.

Ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pertama Dewan Oschadbank pada 2010-2014.

Sebelumnya, Denis Kireev menjadi anggota Dewan Pengawas Ukreximbank.

Update Terbaru Invasi Rusia: 50 Pesawat Kargo Tiba di Ukraina

Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, 50 pesawat kargo yang membawa perangkat keras militer dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, Polandia dan Lithuania dikabarkan mendarat di Ukraina sebelum dimulainya operasi militer Rusia di sana.

Pernyataan tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri Rusia melalui Juru Bicaranya, Maria Zakharova.

Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (6/3/2022), sekitar 2.000 ton senjata modern, amunisi dan alat pelindung dipasok ke Ukraina pada satu setengah bulan pertama tahun 2022.

Kementerian tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa untuk Inggris sendiri, telah mentransfer lebih dari 2.000 unit persenjataan anti-tank.

Baca juga: Visa dan Mastercard Hentikan Semua Operasinya di Rusia Selama Krisis Ukraina

Baca juga: Sosok Jenderal Top Rusia yang Tewas Ditembak Sniper Ukraina, Kematiannya Jadi Pukulan Berat Putin

Zakharova mengatakan bahwa Rusia sekali lagi meminta Uni Eropa (UE) dan NATO untuk menghentikan 'pengiriman tanpa berpikir' terkait persenjataan modern ke rezim Ukraina.

Ia menegaskan bahwa pengiriman itu justru menciptakan risiko besar bagi penerbangan sipil dan sistem transportasi lainnya di Eropa dan sekitarnya.

Anggota layanan Ukraina terlihat di luar balai kota Kharkiv yang rusak pada 1 Maret 2022, hancur akibat penembakan pasukan Rusia. - Alun-alun pusat kota kedua Ukraina, Kharkiv, ditembaki oleh pasukan Rusia yang menyerang gedung pemerintah setempat, kata gubernur regional Oleg Sinegubov. Kharkiv, kota yang sebagian besar berbahasa Rusia di dekat perbatasan Rusia, memiliki populasi sekitar 1,4 juta. (Photo by Sergey BOBOK / AFP) (AFP/SERGEY BOBOK)

"Penyelenggara pengiriman ini harus menyadari meningkatnya ancaman senjata presisi tinggi yang jatuh ke tangan elemen teroris dan formasi bandit yang tidak hanya di Ukraina, namun juga di Eropa secara keseluruhan," tegas Zakharova.

Aliran senjata ini ke pasar ilegal dan ke tangan jaringan teroris, kata dia, hanya masalah waktu.

"MANPADS menimbulkan bahaya besar bagi penerbangan sipil, dan ATGM untuk transportasi kereta api dan infrastruktur," jelas Zakharova.

Perlu diketahui, Rusia telah melancarkan operasi militer khusus di Ukraina sejak 24 Februari lalu setelah Ukraina gagal mengimplementasikan perjanjian Minsk dan menyelesaikan konflik di Donbass secara damai.

Baca juga: Rusia Izinkan Warga Ukraina Melarikan Diri, Pemboman Dihentikan

Baca juga: Menlu AS Tuduh Serangan Rusia Semakin Brutal di Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin pun mengatakan bahwa negaranya idak punya pilihan lain selain bertindak, setelah berminggu-minggu terjadi aksi penembakan terhadap Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang diklaim dilakukan oleh pasukan Ukraina.

Dengan demikian, ia kemudian memerintahkan pasukannya untuk melakukan 'demiliterisasi dan denazifikasi' negara tetangganya itu.

Rusia pun telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat agar tidak mengirimkan persenjataan canggih mereka ke Ukraina.

Putin menilai bahwa hal itu akan membuat Ukraina berani dan mendorongnya untuk mencoba menyelesaikan konflik di Donbass dengan menggunakan militernya.

Sebelumnya, The Washington Post melaporkan bahwa AS telah mengirim perangkat keras militer senilai ratusan juta dolar AS ke Ukraina sejak Desember 2021, beberapa bulan sebelum keputusan Rusia untuk meluncurkan operasi militer khusus.

(Tribunnews.com/Maliana/Fitri Wulandari)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini