Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan gencatan senjata untuk membuka koridor kemanusiaan yang memungkinkan 450.000 penduduk Kota Mariupol mulai pergi dengan bus dan mobil pribadi.
Namun, pejabat Ukraina kemudian menyerukan penundaan evakuasi.
Hal itu lantaran Rusia ingkar janji dan justru terus menembaki kota itu dan sekitarnya.
Rusia kemudian mengumumkan adanya tindakan ofensif yang terus dilanjutkan dan kedua pihak saling menyalahkan atas kegagalan gencatan senjata.
Wali Kota Mariupol Membenarkan Situasi Mengerikan di Wilayahnya
Sementara, Wali Kota Mariupol membenarkan situasi yang mengerikan terjadi di wilayahnya.
Ia mengungkapkan tidak ada listrik atau air, bahkan tidak ada cara untuk mengumpulkan orang mati.
Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko menjelaskan gambaran suram kehidupan di kota itu.
"Situasinya sangat rumit," kata Boichenko dalam sebuah wawancara di saluran YouTube, Sabtu, dilansir CNN.
Baca juga: Selamatkan Warganya dari Invasi Rusia, Otoritas Kota Mariupol Ukraina Mulai Lakukan Evakuasi
"Tentara Rusia telah memasang blokade di koridor kemanusiaan. Kami memiliki banyak masalah yang diciptakan oleh semua orang Rusia."
Boichenko mengatakan, kota yang berpenduduk hampir 400.000 jiwa ini, telah mati listrik selama lima hari.
"Semua gardu termal kami mengandalkan satu daya ini, jadi kami tidak memiliki panas," katanya.
Boichenko juga mengatakan, tidak ada jaringan seluler, dan sejak serangan di Mariupol, mereka kehilangan persediaan air cadangan kami.
"Jadi kami benar-benar tanpa air sekarang. (Tentara Rusia) sedang bekerja untuk mengepung kota dan membuat blokade," katanya.