Dalam siaran televisi, penasihat Presiden Ukraina Oleksiy Arestovych mengatakan Rusia tidak menghormati gencatan senjata yang disepakati di beberapa daerah, untuk memungkinkan warga sipil mengungsi.
Seorang pejabat senior dari Doctors Without Borders (MSF) menyebut, situasi kemanusiaan di Mariupol sangat memprihatinkan.
Baca juga: Mariupol Terkepung Tanpa Listrik atau Air, Ukraina Tuduh Rusia Blokir Koridor Kemanusiaan
Ia pun menyerukan pada Sabtu (5/3/2022) kemarin, agar masyarakat bisa segera dievakuasi.
Terlebih, setelah kota yang terletak di dekat perbatasan Rusia ini telah dikepung oleh pasukan Rusia.
Bahkan, gencatan senjata pada hari Sabtu untuk mengizinkan warga sipil pergi melarikan diri, gagal terwujud.
"Sangat penting adanya koridor kemanusiaan yang bisa dibuat, sayangnya belum benar-benar diberlakukan setelah Rusia tidak melakukan gencatan senjata."
"Padahal itu koridor itu memungkinkan penduduk sipil, perempuan dan anak-anak, untuk mendapatkan keluar dari kota ini," ujar Koordinator darurat MSF di Ukraina, Laurent Ligozat, dikutip dari StraitsTimes.
Situasi Kota Memburuk Tanpa Air dan Listrik
Lizogat menuturkan, situasi di Kota Mariupol semakin hari bisa semakin memburuk.
Hal itu lantaran kota tersebut strategis dan pelabuhan laut Azoz yang berada di sana dianggap sebagai salah satu kunci untuk direbut Rusia.
Bahkan, kota tersebut digempur habis-habisan hingga kekurangan air dan listrik.
"Hari Sabtu ini, tidak ada lagi air dan orang memiliki masalah besar dalam mengakses air minum dan ini menjadi masalah penting," kata Ligozat.
"Tidak ada listrik lagi, tidak ada pemanas. Makanan habis, toko-toko kosong"
"Selama beberapa hari tidak ada yang masuk atau keluar kota," jelasnya.