TRIBUNNEWS.COM -- Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit perluasan jumlah militernya.
Diperkirakan pada akhir tahun ini Rusia bakalan menambah sebanyak 180.000 personel aktifnya.
Baca juga: Pasukan Rusia Kepung Sudzha, Zelensky: Operasi Masih Sesuai Rencana
The Moscow Times menyebutkan hal itu berarti total pasukan aktif akan mencapai 1,5 juta prajurit aktif dari sebanyak 2.389.139 personel yang ada.
Disebutkan media tersebut, dekrit akan berlaku mulai 1 Desember 2024 mendatang.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan militer negaranya akan diperbanyak pasukan karena lingkungan Rusia saat ini yang sudah tidak bersahabat.
Sebagian besar negara di sekitar Rusia kini memusuhi akibat invasi di Ukraina.
"Ancaman bagi negara kita di sepanjang perbatasan meningkat. Lingkungan Barat tidak bersahabat bagi Rusia, sedangkan di Timur tidak stabil. Ini memerlukan tindakan yang tepat," kata Peskov dikutip dari Russia Today, Rabu (18/9/2024).
Barat yang disebutkan adalah negara-negara Barat yaitu Uni Eropa, Amerika Serikat yang bergabung dengan NATO.
Sebagian besar anggota aliansi pertahanan Atlantik Utara tersebut membela mati-matian Ukraina dan memusuhi Rusia.
Baca juga: Pasukan Rusia Telah Masuk Pokrovsk Dalam Jumlah Kecil
Barat yang dipimpin oleh AS menyumbang senjata ke Ukraina dalam jumlah besar untuk memerangi pasukan Vladimir Putin.
Bahkan kini telah ada wacana bahwa Rusia akan dibolehkan untuk menyerang Rusia jauh ke dalam dengan rudal jarak jauh buatan AS dan Inggris.
Bila hal itu terjadi, Putin menganggap bahwa NATO mengajak perang Rusia.
Lalu bagaimana dengan personel NATO. Dikutip dari Wikipedia, pakta yang beranggotakan sebanyak 32 negara tersebut memiliki sebanyak 3,5 juta.
Negara penyumbang militer terbanyak di NATO adalah AS dengan sebanyak 1,33 juta personel, disusul dengan Turki yang memiliki 355.200 personel.
Saat ini negara dengan pasukan terbesar adalah China yaitu sebanyak 2 juta personel, sementara India jadi pemilik militer ketiga terbesar setelah Rusia. India memiliki jumlah tentara sebanyak 1,4 juta. Sedangkan AS menduduki peringkat keempat dengan 1,3 juta personel.
Pada kenyataannya, China dan India kini telah bergabung dengan BRICS, aliansi ekonomi yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan dan beberapa negara lainnya untuk menangkal hegemoni Barat.