TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Kepolisian Prefektur Osaka di Jepang membongkar sindikat mafia pencucian uang senilai 70 miliar yen atau senilai 628,7 juta dolar AS atau sekitar Rp9,116 triliun untuk kelompok penjahat yang bersembunyi di Singapura.
Para penjahat tersebut memiliki rumah di Singapura dan ditunjuk sebagai direktur sebuah perusahaan perangkat lunak.
Mengutip The Straits Times, mafia sindikat pencucian uang tersebut bernama Sotaro Ishikawa dan memimpin Grup Rivaton, yang melarikan diri dari Jepang pada bulan Februari 2024.
Dia kini tengah penyelidikan polisi. Grup Rivaton, sindikat kriminal yang dia pimpin, diperkirakan berjumlah lebih dari 40 orang.
Pria berusia 35 tahun ini tinggal di sebuah kondominium di Bukit Timah, dan terdaftar sebagai direktur sebuah perusahaan perangkat lunak lokal, yang juga bernama Rivaton, pada bulan Maret.
Pemeriksaan yang dilakukan ST menunjukkan sejumlah orang lain dalam sindikat tersebut juga diangkat menjadi direktur perusahaan di Singapura selama dua tahun terakhir.
Orang nomor dua di Rivaton, Kosuke Yamada, ditunjuk sebagai direktur perusahaan perangkat lunak lokal KO Enterprise Next pada September 2023.
Pria berusia 39 tahun yang menggunakan nama Yamada Kosuke di sini juga memiliki alamat terdaftar di Singapura di kondominium yang sama dengan Ishikawa.
Kedua pria tersebut mengatakan kepada pihak berwenang Jepang bahwa mereka adalah warga Singapura ketika mereka ditangkap pada tanggal 9 Juli setelah terbang kembali ke Jepang dari Dubai, lapor kantor berita Jepang Jiji Press.
Perwira peringkat ketiga kelompok tersebut – Takamasa Ikeda, 38 – ditangkap pada 2 September di Bandara Internasional Kansai setelah melakukan penerbangan dari Singapura ke Jepang.
Baca juga: Mafia Mocro Belanda Memicu Alarm Bahaya di Jerman
Ikeda memiliki alamat terdaftar di Singapura pada properti tapak di Novena. Ia menjadi direktur perusahaan periklanan lokal Glosal pada bulan April.
Menurut Kepolisian Prefektur Osaka, kelompok tersebut telah secara sistematis mendirikan perusahaan cangkang di Jepang mulai tahun 2021, dan menggunakan rekening perusahaan dari perusahaan-perusahaan tersebut untuk mencuci dana kriminal yang terkait dengan penipuan dan perjudian ilegal.
Setidaknya 4.000 akun dan 500 perusahaan yang terlibat dalam skema tersebut telah diungkap oleh otoritas Jepang sejauh ini.
Pada tanggal 21 Mei, polisi menangkap 12 orang yang terkait dengan kelompok tersebut di Toyama, Jepang.