Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengklaim pasukannya telah melumpuhkan 11.000 tentara Rusia, 290 tank, 46 pesawat dan 68 helikopter pada Senin kemarin.
Seperti yang disampaikannya di jejaring sosial Facebook.
"Perkiraan total kerugian tempur Rusia pada 24 Februari hingga 7 Maret (2022), personel ada lebih dari 11.000 orang, tank 290, kendaraan tempur lapis baja 999, sistem artileri 117, MLRS 50, sistem pertahanan udara 23, pesawat 46, helikopter 68, kendaraan 454, kapal atau perahu 3, tangki bahan bakar 60, UAV tingkat operasional dan taktis 7," kata Angkatan Bersenjata Ukraina dalam pernyataan itu.
Baca juga: Baru 7 Bulan Bekerja di Ukraina, Tempat Kerja PMI Asal Bali Ni Ketut Muliasih Hancur Dibom Rusia
Baca juga: Negara Uni Eropa Bakal Kurangi Ketergantungan Gas Dari Rusia
Data saat ini pun sedang ditentukan, karena perhitungannya diperumit oleh intensitas serangan yang tinggi.
Dikutip dari laman Ukrinform, Selasa (8/3/2022), laporan sebelumnya mengatakan bahwa pasukan Ukraina menghancurkan lebih dari 30 helikopter Rusia di wilayah Kherson pada Minggu malam.
Sebelumnya pada 24 Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan perang terhadap Ukraina dan melancarkan invasi besar-besaran.
Ukraina mengklaim pasukan Rusia telah menembaki dan menghancurkan infrastruktur utama.
Begitu pula dengan rudal yang menghantam bangunan pemukiman warga.
Darurat militer pun diberlakukan di Ukraina dan mobilisasi umum turut diumumkan.
Bahkan negara itu secara resmi mengajukan gugatan terhadap Federasi Rusia ke Pengadilan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Den Haag, Belanda.
Sementara itu, alasan Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina adalah karena Ukraina dinilai gagal mengimplementasikan perjanjian Minsk dan menyelesaikan konflik di Donbass secara damai.
Putin pun mengatakan bahwa negaranya tidak punya pilihan lain selain bertindak, setelah berminggu-minggu terjadi aksi penembakan terhadap Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang diklaim dilakukan oleh pasukan Ukraina.
Dengan demikian, ia kemudian memerintahkan pasukannya untuk melakukan 'demiliterisasi dan denazifikasi' negara tetangganya itu.
Rusia bahkan mengklaim telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat agar tidak mengirimkan persenjataan canggih mereka ke Ukraina.
Putin menilai bahwa hal itu akan membuat Ukraina berani dan mendorongnya untuk mencoba menyelesaikan konflik di Donbass dengan menggunakan militernya.
Sebelumnya, The Washington Post melaporkan bahwa AS telah mengirim perangkat keras militer senilai ratusan juta dolar AS ke Ukraina sejak Desember 2021, beberapa bulan sebelum keputusan Rusia untuk meluncurkan operasi militer khusus.