Tetapi, Mayor Konashenkov mengatakan, baik personel wajib militer maupun taruna tidak terlibat dalam operasi di Ukraina.
Dia juga mengatakan, ada 2.870 pasukan Ukraina yang telah tewas, sekitar 3.700 terluka dan 572 yang ditangkap, tetapi angka-angka ini tidak dapat diverifikasi.
Di sisi lain, Layanan Darurat Negara Ukraina mengatakan, lebih dari 2.000 warga sipil telah tewas, namun klaim itu belum terverifikasi.
Baca juga: Rusia Akhirnya Umumkan Gencatan Senjata Perang dengan Ukraina
Baca juga: 4 Syarat yang Harus Dipenuhi Ukraina Jika Ingin Rusia Hentikan Serangan, Tak Gabung dengan NATO
Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan pada Kamis lalu, pihaknya mencatat 136 warga sipil tewas di Ukraina, termasuk 13 anak-anak sejak dimulainya invasi Rusia.
Laporan baru dari pejabat intelijen AS menunjukkan gambaran untuk Ukraina bergerak maju.
Angka-angka yang dilaporkan oleh CNN itu mengklaim, Rusia telah kehilangan tiga hingga lima persen dari tank, pesawat, artileri dan aset militer lainnya.
Sementara kerugian Ukraina sekitar 10 persen dari kemampuannya.
Pejabat itu juga memperingatkan angka ini sulit dihitung dan kemungkinan akan terus berubah.
Hal itu karena kedua kekuatan masih disuplai dan kerugian masih terus terjadi.
Tetapi ada gambaran suram bagi Ukraina karena kekuatan militer Rusia sangat mungkin menghancurkan negara itu.
Perlawanan kuat Ukraina yang tak terduga hingga saat ini telah menjauhkan kota-kota besar dari tangan Rusia.
Tetapi para pengamat memperkirakan Ukraina pada akhirnya akan kewalahan ketika Rusia meluncurkan fase serangan yang intensif dan tidak terlalu diskriminatif.
Menurut pejabat AS, Rusia saat ini mulai mengubah taktik dengan strategi perang yang lebih lambat.
Sebab, mereka memahami Kyiv tidak akan jatuh semudah yang diharapkan Moskow.