TRIBUNNEWS.COM - Moderna Inc pada Senin (7/3/2022) mengatakan pihaknya berencana mengembangkan dan menguji vaksin yang menargetkan 15 patogen paling mengkhawatirkan di dunia pada 2025.
Moderna akan secara permanen mematenkan vaksin Covid-19 untuk suntikan yang ditujukan pada tingkat rendah tertentu, dan negara berpenghasilan menengah.
Dilansir Reuters, perusahaan bioteknologi Amerika Serikat (AS) juga mengatakan akan membuat teknologi messenger RNA (mRNA), tersedia bagi para peneliti yang mengerjakan vaksin baru untuk penyakit yang muncul dan terabaikan melalui program yang disebut mRNA Access.
Moderna mengumumkan strateginya menjelang KTT Kesiapsiagaan Pandemi Global yang disponsori oleh pemerintah Inggris dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).
Baca juga: CDC: Penerima Vaksin Pfizer atau Moderna Harus Menunggu Lebih Lama untuk Suntikan Kedua
Baca juga: Komite Khusus Jepang: Dosis Ketiga Moderna Hasilkan Antibodi 1,5 Kali Lebih Banyak daripada Pfizer
CEPI merupakan sebuah koalisi internasional yang dibentuk lima tahun lalu untuk mempersiapkan ancaman penyakit di masa depan.
Moderna telah bekerja sama dengan mitranya dalam pembuatan vaksin terhadap beberapa dari 15 patogen, yang meliputi Chikungunya, demam berdarah Krimea-Kongo, Dengue, Ebola, Malaria, Marburg, demam Lassa, MERS, dan Covid-19.
"Kolaborasi tersebut termasuk vaksin virus Nipah dengan US National Institutes of Health dan vaksin HIV dengan Gates Foundation dan International AIDS Vaccine Initiative," kata Presiden Moderna Stephen Hoge dalam sebuah wawancara.
"Perusahaan akan mencari mitra baru untuk yang lain atau mengembangkannya secara internal," katanya.
Kepala Eksekutif Moderna Stephane Bancel mengatakan pada konferensi pers virtual pada Senin (7/3/2022) bahwa 15 virus diketahui merupakan ancaman yang belum ditangani oleh banyak pembuat obat besar.
Baca juga: Aturan Terbaru Pelni, Calon Penumpang yang Sudah Vaksin Kedua Tak Perlu Lagi PCR dan Antigen
Baca juga: Aturan Perjalanan Dalam Negeri, Tidak Perlu Tunjukkan Antigen dan PCR Bagi yang Sudah Vaksin Lengkap
Pandemi Covid-19, yang telah menewaskan enam juta orang di seluruh dunia dan membuat jutaan lainnya sakit, telah memperjelas bahwa perlu diubah, kata Bancel.
"Terlalu banyak nyawa yang hilang dalam beberapa tahun terakhir," katanya.
Di awal pandemi Covid, Moderna berjanji untuk tidak memberlakukan paten vaksinnya selama fase darurat krisis kesehatan.
Itu memungkinkan pengembangan pabrik pembuatan vaksin di Afrika yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai bagian dari proyek percontohan untuk memberi negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah pengetahuan cara membuat vaksin Covid-19.
Baca juga: Setelah Pfizer, Moderna Mulai Uji Coba Vaksin Booster Covid-19 untuk Varian Omicron
Baca juga: Moderna Mulai Uji Coba Suntikan Booster Khusus Omicron
Moderna mengatakan akan membuat janji itu permanen untuk 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan di bawah Komitmen Pasar Lanjutan COVAX (AMC) yang dipimpin oleh aliansi vaksin GAVI.
Seorang juru bicara perusahaan mengatakan Moderna tidak akan memberlakukan paten untuk vaksin Covid-19 yang dikembangkan di Afrika Selatan oleh Afrigen Biologics yang didukung WHO untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah AMC-92.
Dikutip Time, meskipun tidak akan memberlakukan patennya di negara-negara ini, Hoge mengatakan Moderna tidak bermaksud untuk berbagi teknologi vaksinnya dengan pusat transfer teknologi yang didukung WHO di Afrika Selatan, meskipun ada upaya lobi oleh organisasi tersebut.
Sebelumnya pada Senin (7/3/2022), perusahaan mengatakan akan mendirikan fasilitas manufaktur di Kenya, yang pertama di Afrika, untuk memproduksi vaksin mRNA, termasuk melawan COVID-19.
Baca juga: Epidemiolog Puji Pemerintah Soal Penanganan Covid-19 Varian Omicron
Baca juga: Masuki Puncak Omicron, Agar Tetap Aman Ini 6 Langkah Memesan Makanan Online
Sebagai bagian dari rencana pandemi masa depan, Moderna bermaksud untuk membuat teknologinya tersedia untuk laboratorium penelitian akademis untuk menguji teori mereka sendiri tentang vaksin untuk mengatasi penyakit yang muncul dan terabaikan.
Hoge mengatakan beberapa di antaranya pada akhirnya dapat menghasilkan kemitraan dengan Moderna untuk mengatasi 15 patogen prioritas.
"Yang ingin kami pastikan terjadi adalah para ilmuwan yang memiliki ide hebat tentang bagaimana mereka dapat membuat vaksin akan dapat mengakses standar dan teknologi kami, hampir seperti mereka bekerja di Moderna," kata Hoge.
Awalnya, program ini akan dimulai dengan beberapa laboratorium akademik, tetapi Hoge mengharapkannya untuk berkembang pesat.
Dia melihat program itu sebagai cara untuk memperluas penemuan vaksin menggunakan teknologi mRNA.
"Kami ingin memastikan bahwa kami mengizinkan orang lain untuk menjelajahi ruang yang sejujurnya tidak dapat kami capai," katanya.
Berita lain terkait dengan Vaksin Moderna
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)