TRIBUNNEWS.COM - Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas, akhirnya menunjuk seseorang sebagai penerusnya setelah bertahun-tahun menunda pemilihan presiden di Tepi Barat yang diduduki.
Abbas mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa Rawhi Fattouh, presiden Dewan Nasional Palestina, akan ditunjuk sebagai penggantinya sementara jika posisi presiden PA kosong, menurut pembacaan dekrit yang dipublikasikan pada hari Rabu (27/11/2024) oleh kantor berita Palestina, Wafa.
Dekrit tersebut menyatakan bahwa Abbas membuat keputusan tersebut karena keyakinan dan kesadaran terhadap masa sulit saat ini dalam sejarah tanah air dan perjuangan Palestina.
Jika Fattouh menjadi presiden sementara, ia akan menjabat selama 90 hari hingga pemilihan presiden diadakan, sesuai dengan hukum pemilu Palestina.
Fattouh sebelumnya menjabat sebagai presiden sementara Palestina pada tahun 2004 setelah kematian Yasser Arafat sampai Abbas terpilih pada bulan Januari 2005.
Ia juga sebelumnya menjabat sebagai juru bicara Dewan Legislatif Palestina (PLC), yang bertindak sebagai parlemen.
Namun, menurut laporan Middle East Eye, pilihan Abbas ini menuai kontroversi.
Fattouh pernah terlibat dalam skandal korupsi pada tahun 2008.
Saat itu ia ditangkap di perbatasan Allenby antara Yordania dan Israel dengan 3.000 telepon seluler di mobilnya.
Fattouh diduga menyelundupkan ponsel-ponsel tersebut, yang bernilai ratusan ribu dolar, menurut The Jerusalem Post.
Ia juga dilaporkan menggunakan kartu VIP yang dikeluarkan Israel untuk mempermudahnya melewati penyeberangan dengan ponsel-ponsel tersebut.
Baca juga: Otoritas Palestina Menyambut Baik Gencatan Senjata di Lebanon, Begini Kata Presiden Mahmoud Abbas
Fattouh membantah tuduhan tersebut pada saat kejadian, ia menyalahkan sopirnya karena mencoba menyelundupkan ponsel-ponsel tersebut.
Sumber-sumber senior Palestina mengatakan kepada Haaretz bahwa Abbas ditekan untuk mengumumkan pengunduran dirinya atau memilih pengganti jika ia tidak dapat lagi memenuhi tugasnya.
Abbas dan begitu juga dengan PA, dipandang sebagai tokoh yang sangat tidak populer di kalangan warga Palestina.