TRIBUNNEWS.COM, STOCKHOLM - Seorang polisi wanita di Swedia tengah dalam penyelidikan internal karena memasang foto Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai screensaver di layar komputernya di kantor kepolisian tempatnya bertugas.
Loyalitas polisi wanita itu juga dipertanyakan oleh rekan-rekannya, yang menganggapnya sebagai 'risiko keamanan'.
Menurut surat kabar Expressen, mereka menolak untuk bekerja dengannya setelah ia mengatakan bahwa Rusia tidak mengobarkan 'perang' di Ukraina.
Hal ini mengacu pada operasi militer khusus Rusia yang sedang berlangsung untuk melakukan demilitarisasi Ukraina.
Ia menekankan bahwa media Swedia itu 'palsu' dan mengaku memiliki teman dan kerabat di kedua sisi konflik Ukraina.
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (17/3/2022), polisi wanita itu berasal dari Rusia dan disebut sering melakukan perjalanan ke negara itu bersama suaminya.
Dugaan terkait simpatinya untuk Putin dan tanah airnya itu telah memicu ketidakpercayaan yang berkembang diantara rekan-rekannya.
Baca juga: Model Rusia Gretta Vedler Ditemukan Tewas dalam Koper, Pernah Viral karena Sebut Putin Psikopat
Kantor polisi tempatnya bertugas pun murka, karena skandal itu dipandang sebagai 'pelanggaran kepercayaan yang serius'.
"Kami tidak ingin ia menginjakkan kakinya di sini," kata seorang rekannya.
Perlu diketahui, wanita itu menjadi warga negara Swedia pada 90-an dan sejak saat itu dilatih untuk menjadi petugas polisi aktif.
Dalam perannya sebagai petugas polisi perbatasan, ia memiliki akses ke sejumlah sistem dengan informasi yang sensitif, dan juga berhubungan dengan orang-orang dari negara-negara bekas Soviet selama operasi yang dilakukan oleh pasukan perbatasan di wilayah tempatnya bekerja.
Menurut rekan-rekannya, wanita itu telah melakukan beberapa kali wawancara dengan orang asing yang dicurigai dari bekas republik Soviet dan tidak berbicara bahasa Swedia.
Ia melakukan wawancara dalam bahasa Rusia dan berfungsi sebagai lingua franca, tanpa menggunakan penerjemah formal.
Ini yang telah menimbulkan pertanyaan lebih lanjut di tengah arus kekhawatiran terkait potensi mata-mata.
Wanita itu saat ini sedang cuti sakit dan Kepala Kepolisian Perbatasan pun enggan memberikan tanggapan.
Operasi militer khusus yang dilakukan Rusia di Ukraina digambarkan Barat sebagai 'invasi'.
Meskipun Rusia menekankan bahwa mereka tidak memiliki rencana pendudukan dan hanya bertujuan untuk melindungi penduduk Republik Rakyat Donbass saja, sentimen anti-Rusia telah mengalami peningkatan global yang besar, terutama di negara Barat.
Sentimennya mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak Perang Dingin, sampai pada titik di mana anak-anak sekolah dan anak-anak prasekolah diintimidasi dan dilecehkan secara verbal.