News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Invasi Rusia ke Ukraina Ganggu Pasokan Gandum, Wilayah Timur Tengah Dibayangi Krisis Pangan

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Memanasnya konflik antara Rusia dan Ukraina tak hanya memberikan efek negatif bagi kedua negara tersebut. Namun juga berdampak besar bagi kelangsungan hidup masyarakat di wilayah Timur Tengah. Hal tersebut terjadi lantaran Rusia dan Ukraina adalah dua produsen dan pengekspor komoditas pertanian terpenting di dunia, terutama untuk menyuplai kebutuhan tanaman sereal dan gandum.

Konflik panas antara Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut, makin memberikan efek negatif bagi seluruh negara di benua Eropa tak terkecuali Prancis.

Melalui pidatonya pada Rabu (2/3/2022), yang dikutip dari The Guardian. Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan warganya agar bersiap menghadapi resesi pada perekonomian negara akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Donald Trump Sebut Biden Gagal Menghentikan Krisis Ukraina karena Takut Nuklir Rusia

Ancaman ini muncul setelah Rusia dikabarkan berhenti memasok gas alam untuk seluruh pasar Uni Eropa, sebagai bentuk balas dendam akibat diberlakukannya sanksi ekonomi yang membuat nilai mata uang Rusia, Rubel merosot drastis.

Sebagai informasi, keberadaan Rusia di benua Eropa menjadi penting lantaran negara pimpinan Vladimir Putin tersebut merupakan salah satu penyuplai gas alam terbesar di Eropa, dengan memasok sekitar 40 persen gas per tahun.

Baca juga: Elit Rusia Dikabarkan Berencana Racuni Putin, Menggantinya Dengan Petinggi Agen Rahasia FSB

Jika nantinya Rusia benar-benar menghentikan kegiatan ekspor gas alamnya, tentu hal ini berimbas pada berkurangnya stok gas alam hingga dapat memicu kenaikan harga komoditas energi di daratan Eropa.

Tak hanya itu, jika hal ini terus berlanjut maka dikhawatirkan dapat mengganggu rantai pasok global hingga berujung pada terjadinya Inflasi.

Mengantisipasi terjadinya resesi atau krisis ekonomi di wilayahnya, Presiden Prancis mengimbau warganya untuk tak panik dan bersiap menghadapi risiko tersebut sembari pihaknya mencari alternatif baru untuk menanggulangani terjadinya efek berlebih pada situasi ini.

Tentara Ukraina mencari mayat di puing-puing di sekolah militer yang terkena roket Rusia sehari sebelumnya, di Mykolaiv, Ukraina selatan, pada 19 Maret 2022. Media Ukraina melaporkan bahwa pasukan Rusia telah melakukan serangan udara skala besar di Mykolaiv, menewaskan sedikitnya 40 tentara Ukraina di markas brigade mereka. (AFP)

“Kenaikan harga bensin, gas, bahan baku akan berdampak pada daya beli kita; di masa depan, harga tangki bensin, tagihan pemanas, biaya produk tertentu berisiko menjadi lebih tinggi,” tambah Macron.

Mengurangi adanya ketergantungan pada sumber energi asing, Macron menyebut Prancis saat ini berencana membangun pembangkit nuklir baru.

Baca juga: Berusaha Putus Ketergantungan pada Rusia, Jerman Sepakati Impor Energi dengan Qatar

Bahkan pihaknya juga tengah menugaskan perdana menteri Rusia, Jean Castex, untuk menyusun rencana komprehensif untuk menangani kenaikan harga dan dampak lain dari perang.

Rencana ini dilakukan Macron untuk melindungi perekonomian Prancis dari ancaman inflasi. Terlebih pada bulan ini Prancis tengah bersiap untuk melakukan pemilihan presiden 2022.

Antisipasi Krisis Gas karena Perang, Pemerintah Jerman Beralih Gunakan Pembangkit Listrik Batu Bara

Menyusul ancaman Rusia yang berencana menghentikan pengiriman gas alam ke Eropa, kini Jerman dikabarkan mulai mengganti penggunaan gas ke batu bara untuk memenuhi kebutuhan suplai listrik di wilayahnya.

Pernyataan tersebut disampaikan melalui siaran radio publik Deutschlandfunk oleh Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck yang dikutip dari Yahoo Finance pada Rabu (2/3/2022).

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini