TRIBUNNEWS.COM - Sebuah superyacht senilai 700 juta dollar atau sekira Rp 9,4 triliun yang ditambatkan di lepas pantai barat Italia disebut-sebut milik Presiden Rusia Vladimir Putin.
Hal ini diungkap sekutu Alexei Navalny, pemimpin oposisi Rusia yang sedang dipenjara.
Dilansir Independent, superyacht 'Scheherazade' dengan enam dek itu dilaporkan memiliki fasilitas spa, salon kecantikan, gym, dan dua helipad.
Bahkan dikatakan, kapal tersebut juga dilengkapi kolam renang dengan penutup yang bisa berubah menjadi lantai dansa.
Dalam sebuah video yang diunggah pada Senin (21/3/2022) di YouTube Navalny, oposisi Putin ini mengklaim telah mengidentifikasi bahwa hampir setengah dari awak kapal merupakan anggota Layanan Perlindungan Federal (FSO).
Baca juga: Zelensky Siap Berkompromi Langsung dengan Putin, Tak Gabung NATO sebagai Imbalan Gencatan Senjata
Baca juga: Ketika Presiden AS Sebut Putin Penjahat Perang, Akankah Memperumit Negosiasi Rusia-Ukraina?
FSO merupakan badan pemerintah federal yang tugasnya terkait dengan perlindungan pejabat tinggi negara.
Aktivis Rusia ini juga mengklaim, lebih dari 20 jabatan di kapal pesiar itu, termasuk chief officer hingga penjaga keamanan, merupakan anggota FSO.
Seorang anggota awak Scheherazade, sebelumnya juga bekerja di kapal pesiar Graceful yang juga diduga milik Presiden Rusia itu.
"Orang yang sama yang merawat Putin di kediamannya dan dalam perjalanannya, yang mengatur hidupnya, terbang bersama ke Italia untuk bekerja di salah satu kapal pesiar paling mahal di dunia," kata sekutu Navalny, Maria Pevchikh, dalam video tersebut.
Dilansir Forbes, Scheherazade, kapal pesiar sepanjang 459 kaki ini dilengkapi dengan helipad, kolam renang, bioskop dan sistem keamanan yang mampu menembak jatuh drone, menurut SuperYachtFan.
Kapal buatan perusahaan Jerman, Lürssen, pada 2020 itu saat ini ditambatkan di sebuah pelabuhan di pantai barat Italia.
Awal bulan ini, kapten kapal Inggris, Guy Bennett-Pearce, membantah bahwa Putin memiliki atau menginjakkan kaki di Scheherezade.
"Saya belum pernah melihatnya. Saya belum pernah bertemu dengannya," katanya kepada The New York Times.
Beberapa hari kemudian, Bennett-Pearce mengaku dia tidak punya pilihan selain mengungkapkan identitas pemilik kepada polisi Italia.