"Tapi, jangan ada keraguan tentang kesiapan kita untuk melindungi dan membela sekutu dari ancaman apa pun, kapan saja," tambahnya.
"Rusia harus memahami bahwa mereka tidak akan pernah bisa memenangi perang nuklir," katanya. Ini disampaikan Jens pada malam pertemuan puncak para pemimpin nasional aliansi militer Barat di Brussel.
"NATO bukan bagian dari konflik. Memberikan dukungan ke Ukraina, tetapi bukan bagian dari konflik," ujar Jens.
"NATO tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina. Sangat penting untuk memberikan dukungan kepada Ukraina dan kami meningkatkannya."
"Tetapi, pada saat yang sama juga sangat penting untuk mencegah konflik ini menjadi perang penuh antara NATO dan Rusia," tambahnya.
Rusia sudah memberi sinyal akan menyerang Amerika Serikat dan negara-negara yang tergabung dalam NATO dengan menembakkan senjata nuklir.
Presiden Vladimir Putin menyiapkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Hal itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Moskow dapat menggunakan senjata nuklir taktis. Ini bukan perang nuklir habis-habisan, tetapi tetap merupakan menjadi perang yang mengerikan.
Senjata nuklir taktis ini adalah bom yang dapat diluncurkan oleh AS dan Rusia dari jarak jauh di tanah air masing-masing.
Dilaporkan BBC, berdasarkan data intelijen, diperkirakan Rusia memiliki sekitar 2.000 senjata nuklir taktis.
Hingga saat ini semblan negara diketahui memiliki senjata nuklir, namun sebagian besar dimiliki oleh AS dan Rusia.
Berikut data kepemilikan nuklir menurut situs SIPRI pada 2021.
1. Rusia: 6.255
2. Amerika Serikat: 5.550
3. China: 350
4. Pakistan: 165
5. India: 156
6. Inggris: 105
7. Israel: 90
8. Korea Utara: 40-50
9. Prancis: 10