Ia memiliki perbedaan sebagai salah satu dari sedikit orang di pemerintahan Rusia yang telah memegang posisi senior sejak runtuhnya Uni Soviet, kata seorang pakar militer Rusia, Dmitry Gorenburg.
Baca juga: 5 Hal yang Mungkin Dilakukan Rusia untuk Tundukkan Ukraina, Kepung Pasukan Zelensky di Sebelah Timur
Baca juga: Daftar 6 Negara yang Masih Ingin Bersahabat dengan Rusia saat Putin Serang Ukraina, Siapa Saja?
"Jika Anda melihat siapa yang menjabat menteri pada 1999 dan masih ada sampai sekarang, hanya ada dua nama, Shoigu dan Putin," ujarnya.
Meski tak punya latar belakang militer atau pengalaman perang, Shoigu dipilih Putin menjadi Menteri Pertahanan Rusia pada 2012.
Pada saat itu, militer Rusia sedang mengalami transformasi dalam kemampuan berperangnya.
Meski meraih kemenangan dalam perang Rusia-Georgia tahun 2008, para perencana militer menyadari perbaikan sangat dibutuhkan jika mereka menghadapi lawan yang lebih tangguh, seperti AS dan NATO.
Shoigu menggantikan Anatoly Serdyukov, yang juga tak memiliki latar belakang militer.
Menurut Gorenburg, Serdyukov telah mengacak-acak jajaran militer karena tak menghormati cara tradisional mereka dalam melakukan sesuatu.
Sementara itu, Shoigu dipandang sebagai orang dengan kemampuan organisasi yang hebat, yang akan menghormati tradisi militer, namun merangkul inovasi.
Berasal dari etnis Tuvan, ia juga memiliki sedikit kesempatan menjadi presiden Rusia.
"Artinya, ia (Shoigu) tidak mengancam Putin secara pribadi, atau letnan seniornya yang lain. Hal itu selalu menjadi hal yang ditakuti oleh para otokrat," ungkap Gorenburg.
"Ia cukup efektif dan tahu bagaimana memainkan para jenderal untuk membuat mereka merasa seperti ia memahami mereka, dan menghormati tradisi mereka, dan seterusnya selagi ia masih bisa terus maju."
Baca juga: Profil Alexey Navalny, Kritikus Putin Paling Vokal yang Dinyatakan Bersalah atas Penipuan
Baca juga: Rusia Dapatkan Bukti Pentagon Dukung Laboratorium Biologi Militer di Ukraina
Pada 2014, Shoigu terlibat dalam pencaplokan Krimea.
Mengutip BBC, ia juga bertanggung jawab atas Badan Intelijen Militer GRU.
Ia pernah dituduh atas dua kasus keracunan - serangan mematikan 2018 di Salisbury, Inggris dan serangan yang hampir fatal pada pemimpin oposisi sekaligus kritikus Putin paling vokal, Alexey Navalny, di Siberia pada 2018.