TRIBUNNEWS.COM, PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengingatkan seorang pemimpin seharusnya tidak menggunakan kata-kata kasar seperti yang diucapkan Presiden AS Joe Biden.
Joe Biden saat mengunjungi sebuah stadion di Polandia menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin, “butcher”, yang menurut Biden tidak bisa tetap berkuasa.
Butcher dalam bahasa Indonesia bisa kata benda atau kata kerja yang bermakna antara lain tukang daging, jagal daging, atau pembantai.
Macron mengatakan, secara pribadi, dia tidak akan menggunakan kata-kata seperti itu (yang diucapkan Joe Biden).
Baca juga: Macron dan Putin Duduk Dipisahkan Meja Sepanjang 4 Meter, Ada Kekhawatiran dari Prancis maupun Rusia
Baca juga: Bicara 90 Menit dengan Putin, Presiden Prancis Emmanuel Macron Ungkap yang Terburuk Akan Datang
Baca juga: Pejabat Gedung Putih: Biden tidak Bahas Perubahan Rezim di Rusia
Pemimpin Prancis itu mengatakan kepada penyiar France 3, dia berencana berbicara dengan Putin tentang situasi di Ukraina dalam dua hari ke depan.
Dia mengatakan tujuannya adalah mengupayakan gencatan senjata dan kemudian penarikan total pasukan (Rusia) lewat cara diplomatik.
“Jika kami ingin melakukan itu, kami tidak dapat meningkatkan, baik dengan kata-kata atau tindakan,” tegas Macron dikutip Russia Today, Senin (28/3/2022).
Biden sebelumnya menyebut Putin sebagai "tukang jagal daging" setelah mengunjungi sebuah stadion di Warsawa yang menampung para pengungsi Ukraina.
Pidato Biden di Stadion Warsawa
Dalam pidatonya pada saat itu, Presiden AS menyatakan, “Demi Tuhan, orang ini tidak dapat tetap berkuasa.”
Pejabat AS kemudian mengklarifikasi Biden tidak menyerukan perubahan rezim.
Seorang pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada media, Biden telah melenceng ketika dia menyampaikan kalimat kontroversial itu.
“Seorang pemimpin nasional harus tetap tenang,” kata Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov menanggapi kata-kata Biden.
Penghinaan pribadi menurut Peskov mempersempit jendela kerja sama antara Moskow dan Washington.
Pernyataan Joe Biden akhir pekan lalu mengenai Presiden Rusia Vladimir Putin itu menurut Peskov mengkhawatirkan.
"Kami akan terus memantau secara ketat pernyataan Presiden Amerika Serikat," katanya. "Kami hati-hati merekamnya dan akan terus melakukannya," lanjutnya.
Pernyataan Biden itu menimbulkan gelombang di antara banyak pengamat, di antaranya para pemimpin dunia dan politisi terkemuka AS.
Pejabat tinggi Rusia, termasuk juru bicara Duma Negara Rusia Vyacheslav Volodin, mengutuk pernyataan Biden.
Ia mengatakan perilaku seperti itu hanya dapat ditampilkan oleh "orang tua atau orang sakit".
Kritik Sejumlah Senator Amerika
Beberapa anggota parlemen Amerika juga tak menyukai retorika Biden di Polandia.
Menurut Senator James Risch (R-ID), pernyataan Biden adalah "kesalahan besar" yang dapat "menyebabkan masalah besar".
Gedung Putih secara cepat menarik kembali pernyataan itu, memastikan AS N tidak memiliki strategi apa pun mendukung perubahan rezim di Rusia.
Jaminan datang dari Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan utusan AS untuk NATO Julianne Smith.
Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina, lebih dari sebulan yang lalu, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Kiev menerapkan ketentuan perjanjian Minsk.
Rusia akhirnya Rusia mengakui deklarasi kemerdekaan Republik Donbass Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev bersikeras serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim yang menuduh mereka merencanakan merebut kembali kedua republik secara paksa.(Tribunnews.com/RussiaToday/Sputniknews/xna)