Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Miliarder Rusia sekaligus pemilik klub sepakbola Chelsea, Roman Abramovich diduga menderita gejala keracunan pada saat pembicaraan damai di perbatasan Ukraina-Belarus awal bulan ini.
Selain itu, dua negosiator perdamaian Ukraina juga dilaporkan mengalami hal yang sama.
Dikutip dari bbc.com, gejala keracunan yang dialami oleh Roman Abramovich dan dua negosiator antara lain mata merah, dan kulit mengelupas di wajah dan tangan mereka.
Baca juga: Video & Foto Penampakan Kota Mariupol Ukraina Sebelum dan Setelah Diinvasi Rusia, Kini Porak-poranda
Sebuah laporan mengatakan dugaan peracunan itu diatur oleh kelompok garis keras di Rusia yang ingin menyabotase pembicaraan.
Tak lama setelah tuduhan itu muncul, seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan, gejala yang dialami Abramovich karena faktor lingkungan, bukan keracunan.
Saat ini, Kondisi Abramovich dan negosiator Ukraina, termasuk anggota parlemen Ukraina Rustem Umerov, telah membaik sejak insiden pada 3 Maret, menurut laporan Wall Street Journal.
Sebuah sumber yang dekat dengan Abramovich juga mengatakan, dia sekarang telah pulih dan melanjutkan negosiasi untuk mencoba dan mengakhiri perang di Ukraina.
Insiden itu menyoroti peran Abramovich yang dilaporkan sebagai perantara dalam pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia.
Pada hari Minggu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Abramovich telah menawarkan bantuan kepadanya untuk mengurangi invasi Rusia ke negara itu.
Baca juga: Ukraina: Aktivitas Pasukan Rusia di Chernobyl Bisa Picu Radiasi Nuklir
Tapi Zelensky dilaporkan telah meminta AS untuk menunda pemberian sanksi kepada Abramovich, dengan alasan dia bisa memainkan peran dalam merundingkan kesepakatan damai dengan Moskow.
Sementara itu, di akun Twitter resminya, Bellingcat mengkonfirmasi tiga anggota delegasi yang menghadiri pembicaraan mengalami gejala keracunan dengan senjata kimia, salah satunya adalah Abramovich.
Menurut WSJ, penyelidikan tersebut diselenggarakan oleh Christo Grozev, seorang penyelidik di Bellingcat, sebuah outlet media investigasi yang menyimpulkan tim Kremlin meracuni politisi oposisi Rusia Alexey Navalny dengan racun saraf pada tahun 2020.
Abramovich Bisa Jadi Mediator Perdamaian