News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

PBB Terima Laporan Banyak Kuburan Massal di Mariupol, Total 1.179 Warga Sipil Tewas

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Citra satelit Maxar pada 12 Maret 2022, menunjukkan pemandangan multispektral kebakaran di kawasan industri Distrik Primorskyi di Mariupol barat, Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA -  Kota Mariupol di wilayah selatan Ukraina menjadi salah satu kota yang merasakan dampak terparah dari invasi Rusia.

PBB memperkirakan sudah ada ribuan warga sipil yang tewas dalam sebulan terakhir.

Kepada Reuters, kantor HAM PBB pada Selasa (29/3/2022) telah mengkonfirmasi 1.179 warga sipil tewas dan 1.860 terluka di seluruh Ukraina sejak perang dimulai 24 Februari 2022 lalu.

Kepala kantor HAM PBB Matilda Bogner memperkirakan ada ribuan orang meninggal yang berasal dari kota Mariupol.

"Kami berpikir bahwa mungkin ada ribuan kematian, korban sipil, di Mariupol. Misi tidak memiliki perkiraan yang tepat tetapi sedang bekerja untuk mengumpulkan lebih banyak informasi," kaya Bogner.

Baca juga: Video & Foto Penampakan Kota Mariupol Ukraina Sebelum dan Setelah Diinvasi Rusia, Kini Porak-poranda

Pekan lalu Bogner mengatakan PBB telah menerima lebih banyak informasi tentang kuburan massal di Mariupol, termasuk satu lokasi yang tampaknya menampung 200 mayat.

Namun, Bogner tidak bisa memastikan semua yang ada di kuburan massal adalah korban dari konflik ini.

Sementara itu, jurubicara walikota Mariupol Vadym Boichenko pada hari Senin (28/3/2022) melaporkan sudah hampir 5.000 orang, termasuk sekitar 210 anak-anak, tewas di Mariupol sejak pasukan Rusia mengepung sebulan lalu.

Kantor walikota juga melaporkan bahwa 90% bangunan Mariupol telah rusak dan 40% hancur, termasuk di antaranya adalah fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak dan pabrik.

Pejabat setempat pekan lalu memperkirakan ada 300 orang tewas dalam pengeboman di teater Mariupol pada 16 Maret.

Gedung teater tersebut digunakan sebagai berlindung oleh sekitar 900 orang.

Mariupol yang menjadi rumah bagi 400.000 orang, telah menjadi sasaran bombardir pasukan Rusia selama berminggu-minggu.

Warga sipil dilaporkan terjebak di dalam kota dalam kondisi kekurangan makanan dan air, tanpa pasokan listrik, bahkan kekurangan kebutuhan medis karena sejumlah rumah sakit telah hancur.

Klaim Ukraina Beda

Sementara itu, pemerintah Kota Mariupol mengklaim hampir 5.000 orang, termasuk sekitar 210 anak-anak telah tewas di kota Mariupol, Ukraina selatan, sejak awal invasi Rusia.

Jumlah korban tersebut dilaporkan oleh juru bicara walikota, Senin (28/3/2022) lalu.

Diketahui, sudah lebih dari satu bulan Rusia membombardir wilayah Ukraina.

Rusia telah menghancurkan kota Mariupol,dan menjebak puluhan ribu penduduk tanpa listrik dan dengan sedikit pasokan.

Mengutip CNA, Kantor Walikota, Vadym Boichenko mengatakan 90 persen bangunan Mariupol telah rusak dan 40 persen hancur, termasuk rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak dan pabrik.

Sekitar 140.000 orang telah meninggalkan kota di Laut Azov sebelum pengepungan Rusia dimulai dan 150.000 telah keluar sejak invasi.

Sementara 170.000 orang masih berada di sana.

Boichenko, yang tidak lagi berada di Mariupol, mengatakan di televisi nasional pada Senin pagi bahwa sekitar 160.000 warga sipil masih terjebak di kota itu.

"Orang-orang berada di luar garis bencana kemanusiaan," katanya.

"Kita harus mengevakuasi Mariupol sepenuhnya."

Ukraina mengatakan tidak mungkin untuk membuat koridor yang aman setelah adanya laporan intelijen tentang kemungkinan "provokasi" Rusia di sepanjang rute.

Rusia, yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari, membantah menargetkan warga sipil dan menyalahkan Ukraina atas kegagalan berulang kali untuk menyepakati koridor yang aman bagi penduduk yang terjebak.

"Federasi Rusia sedang bermain dengan kami. Kami berada di tangan penjajah," kata Boichenko.

Kedua belah pihak akan melanjutkan pembicaraan damai pada hari Selasa di Turki.

Wilayah Strategis

Mariupol secara luas dipandang sebagai hadiah strategis karena penangkapannya dapat memungkinkan Rusia untuk membuat jembatan darat antara Krimea dan dua kantong separatis di Ukraina timur.

Orang-orang yang telah melarikan diri dari Mariupol telah menggambarkan betapa sulitnya hidup selama berminggu-minggu di bawah pemboman yang hampir konstan.

"Tidak ada makanan untuk anak-anak, terutama bayi. Mereka melahirkan bayi di ruang bawah tanah karena perempuan tidak punya tempat untuk melahirkan, semua rumah sakit bersalin hancur," kata seorang pekerja bahan makanan dari Mariupol.

"Saya juga menemukan hari ini bahwa orang tua teman sekelas putra saya tercabik-cabik tepat di halaman di depan matanya."

Dia mengatakan warga yang terperangkap telah menghabiskan waktu mencari salju yang bisa mereka cairkan untuk mendapatkan air untuk mencuci tangan.

Sumber: Reuters/CNA/Kontan.co.id

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini