Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan negara-negara BRICS yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan akan berada di jantung tatanan dunia baru.
Menurutnya, Rusia telah berupaya untuk menjalin kontak dengan negara manapun yang tertarik melakukan kerja sama dengan Rusia.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (30/3/2022), menanggapi keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin beralih ke pembayaran rubel terkait kontrak gas dengan negara-negara tidak bersahabat, Ryabkov menegaskan Rusia tidak mengubah ketentuan kontrak, tetapi melindungi kepentingannya.
"Kami tidak mengubah persyaratan kontrak, kami melindungi kepentingan kami dari tsunami, gelombang sanksi yang sama sekali tidak bertanggung jawab yang baru saja menghantam fondasi perdagangan internasional dan sistem internasional," kata Ryabkov.
Ia kemudian menyampaikan, fakta bahwa negara-negara Barat menghentikan kontrak dengan Rusia pada beberapa bidang hanya dalam semalam merupakan hal yang memalukan.
Baca juga: Dua Anak Terluka Parah dalam Penembakan Artileri Rusia di Lysychansk
"Rusia selalu menjadi pemasok yang dapat diandalkan dan bermaksud untuk melanjutkan pengiriman gas ke Eropa. Namun, kepentingan Rusia tentu harus dipertimbangkan juga," kata Ryabkov.
Lebih lanjut ia berharap bahwa negara-negara Eropa akan merevisi keputusan mereka untuk tidak membayar gas dalam rubel dan akan menemukan pendekatan kreatif terkait masalah ini.
Rusia, kata dia, akan menarik kesimpulannya sendiri dari Russophobia rasis yang telah berlangsung di Barat baru-baru ini.
Baca juga: NATO Perkirakan Hingga 15.000 Tentara Rusia Tewas dalam Invasi, Mengapa Angkanya Bisa Begitu Tinggi?
"Sentimen anti-Rusia ini tidak terkait dengan situasi di Ukraina, Barat hanya membenci Rusia. Mereka tidak percaya bahwa ada tempat untuk kebijakan independen Rusia dan posisi independen Rusia di arena politik global yang akan kami lindungi," ujar Ryabkov.
Lebih lanjut Ryabkov menekankan bahwa sejak Barat mendeklarasikan perang hibrida melawan Rusia, negaranya itu harus mencari peluang di wilayah lainnya.