TRIBUNNEWS.COM - Ukraina mengatakan puluhan ribu orang kemungkinan tewas dalam serangan Rusia di kota tenggara Mariupol, Senin (11/4/2022).
Sementara itu, ombudswoman hak-hak negara menuduh pasukan Rusia di wilayah itu melakukan penyiksaan dan eksekusi.
"Mariupol telah dihancurkan, ada puluhan ribu orang tewas, tetapi meski demikian, Rusia tidak menghentikan serangan mereka," kata Presiden Volodymyr Zelenskyy dalam pidato video kepada anggota parlemen Korea Selatan, sebagaimana dikutip dari CNA.
Jika dikonfirmasi, itu akan menjadi jumlah kematian terbesar sejauh ini yang dilaporkan di satu tempat di Ukraina, di mana kota-kota dan desa-desa telah dibombardir tanpa henti dan mayat-mayat, termasuk warga sipil, terlihat di jalan-jalan.
Baca juga: Google Blokir Saluran YouTube Parlemen Rusia
Baca juga: Zelenskyy: Saya Tidak Mengerti Kenapa Orang Rusia Benci Ukraina
Kepala Republik Rakyat Donetsk, Denis Pushilin, mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA pada hari Senin bahwa lebih dari 5.000 orang mungkin telah tewas di Mariupol.
Dia mengatakan pasukan Ukraina bertanggung jawab.
Jumlah orang yang meninggalkan kota telah turun karena pasukan Rusia telah memperlambat pemeriksaan sebelum keberangkatan, Petro Andryushchenko, seorang pembantu walikota Mariupol pada Senin.
Sekitar 10.000 orang sedang menunggu pemeriksaan oleh pasukan Rusia, katanya.
Rusia tidak mengizinkan personel militer untuk pergi dengan pengungsi sipil.
Mengutip angka dari pemerintah kota Mariupol, ombudswoman hak asasi manusia Ukraina, Lyudmyla Denisova mengatakan 33.000 penduduk Mariupol telah dideportasi ke Rusia atau wilayah yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur.
Rusia mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka telah mengevakuasi 723.000 orang dari Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia.
"Para saksi melaporkan bahwa pasukan penjaga nasional Rusia dan unit 'Kadyrovite' (Chechnya) melakukan penangkapan ilegal, menyiksa tahanan dan mengeksekusi mereka karena sikap pro-Ukraina," di Mariupol, kata Denisova dalam sebuah posting di Telegram.
Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Geraschenko mengatakan dalam wawancara yang disiarkan televisi pada hari Senin bahwa orang-orang yang dideportasi Ukraina ditahan di sanatoria dan kamp liburan yang dijaga.
"Orang-orang ini tidak diizinkan untuk bergerak bebas, atau memiliki akses gratis ke platform komunikasi untuk menghubungi kerabat mereka di Ukraina," katanya, tanpa mengutip bukti langsung.
Baca juga: Rusia Tumpuk Pasukan ke Perbatasan Timur Ukraina, Kyiv: Mereka Siapkan Serangan Berskala Besar
Baca juga: Mengapa Vladimir Putin Tunjuk Jenderal Aleksandr Dvornikov sebagai Komandan Perang Rusia di Ukraina?