TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel menyerang jamaah Palestina di dalam Masjid Al Aqsa saat mereka sedang sholat subuh pada Jumat (15/4/2022).
Serangan pasukan Israel membuat ratusan orang terluka.
Para jemaah terluka ketika pasukan Israel menembakkan peluru baja berlapis karet, gas air mata, dan granat kejut ke dalam halaman dan ruang sholat masjid.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, 152 orang yang terluka langsung dievakuasi dari masjid dan dipindahkan ke rumah sakit terdekat.
Baca juga: Bentrokan Pecah di Al-Aqsa, Dipicu Tentara Israel Masuk saat Salat Subuh, 67 Warga Palestina Terluka
Baca juga: UPDATE Warga Palestina dan Polisi Israel Bentrok di Al-Aqsa saat Salat Subuh, 152 Orang Terluka
Mereka menambahkan, ratusan orang tersebut banyak yang mengalami luka di bagian atas tubuhnya.
Rumah Sakit Al-Makassed di Yerusalem Timur juga mengonfirmasi, mereka tengah merawat 40 yang orang terluka dari Al-Aqsa, dua di antaranya mengalami luka kritis.
Selain itu, sedikitnya 400 orang ditangkap.
Pengakuan Imam Masjid Al Aqsa
Sementara, imam Masjid Al Aqsa, Shiekh Ekrima Sabri ikut menanggapi terkait peristiwa serangan itu.
Ia menuturkan, serangan tersebut bertujuan untuk membuka jalan bagi pemukim Israel menyerbu masjid selama liburan Paskah Yahudi, yang dimulai nanti malam.
"Apa yang terjadi hari ini adalah serangan yang direncanakan dan diatur setelah mobilisasi pasukan pendudukan untuk menekan para jamaah yang tak berdaya," kata Sabri kepada Middle East Eye, Jumat (15/4/2022).
"Mereka ingin menghalangi umat Islam datang ke masjid dan membiarkan penyusup Yahudi menyerbu Al-Aqsa," lanjut pria berusia 82 tahun itu.
Menurutnya, rencana aktivis sayap kanan Israel untuk menyerbu masjid selama Paskah dan mengorbankan hewan di masjid disebut sebagai bagian dari pengorbanan agama.
Pengorbanan seperti itu di dalam al-Aqsa belum pernah terjadi sebelumnya dan kemungkinan akan memprovokasi perasaan umat Islam di seluruh dunia, yang menghormati situs Yerusalem sebagai situs tersuci ketiga dalam Islam.
"Liburan (Paskah) akan berlangsung selama seminggu dan oleh karena itu kemungkinan mereka akan mencoba menyerbu lagi."
"Muslim harus waspada dan waspada dari serangan mendadak dan pengkhianatan apa pun yang dilakukan oleh pendudukan terhadap kami," kata Sabri.
Kronologi Serangan Menurut Saksi Mata
Pasukan Israel disebut mengirim bala bantuan besar ke Masjid Al Aqsa pada Kamis (14/4/2022) malam, menurut saksi mata kepada Middle East Eye.
Tak lama setelah sholat Subuh sekitar pukul 05.30 waktu setempat, pasukan Israel langsung melancarkan serangan.
Pada saat itu, sekitar 30.000 jemaah telah tiba dari Yerusalem.
Kemudian, pasukan Israel tiba-tiba menyerbu halaman masjid dari beberapa gerbang, memanjat atap aula kiblat yang menjadi bangunan utama, lalu tempat shalat berjamaah, dan mulai menembaki jamaah serta mencegah petugas medis mengakses yang terluka.
Setelah satu jam serangan lanjutan, pasukan Israel mengepung ratusan jamaah di dalam ruangan sebelum menembakkan gas air mata dan granat kejut di dalam gedung.
Baca juga: Pasukan Israel Tembak Mati Dua Wanita Palestina di Tepi Barat
Baca juga: 2 Orang Tewas dan 4 Lainnya Terluka dalam Penembakan di Israel
"Mereka memukuli semua orang. Jurnalis, petugas medis, wanita tua, semua orang yang menghalangi jalan mereka. Mereka tidak mengampuni siapa pun," kata saksi mata Fakhri Abu Diab kepada Middle East Eye.
Setelah empat jam serangan berlangsung, pasukan Israel membersihkan semua halaman masjid.
Mereka kemudian pindah ke jamaah di dalam aula Qibli yang menolak untuk dipaksa keluar dan mengunci pintu.
Belasan petugas Israel menyusup ke aula dari pintu belakang di sebelah klinik masjid, yang juga mereka serbu, menurut Abu Diab.
Mereka kemudian menembak langsung ke arah jamaah, yang berlindung di balik pilar, sebelum pasukan Israel menangkap lebih dari 400 orang warga Palestina.
Diketahui, meskipun Israel telah berulang kali menyerbu Al-Aqsa dan menembakkan granat kejut dan gas air mata ke aula Qibli, sangat jarang pasukannya memasuki gedung berkubah berusia 1.000 tahun, terutama dalam jumlah besar.
(Tribunnews.com/Maliana)