TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat tinggi Rusia menyebut Amerika Serikat (AS) sedang mempersiapkan provokasi untuk menuduh Moskow menggunakan senjata pemusnah massal.
Hal itu diumumkan Kepala Pasukan Perlindungan Radiasi, Kimia, dan Biologi Rusia, Igor Kirillov pada Sabtu (23/4/2022).
"Kementerian Pertahanan Rusia memiliki informasi tentang Amerika Serikat yang mempersiapkan provokasi untuk menuduh Angkatan Bersenjata Rusia menggunakan senjata nuklir kimia, biologi, atau taktis," kata Kirillov, dikutip dari media Rusia, TASS.
Menurut Kirillov, rencana tersebut merupakan balasan atas kemajuan operasi militer Rusia di Ukraina.
Baca juga: Serangan Rudal Rusia di Odessa Tewaskan 8 Orang, Termasuk Bayi 3 Bulan
Baca juga: Rusia Selidiki Keberadaan Pasukan Elite SAS Inggris di Ukraina
Dilaporkan Newsweek, Kirillov mengatakan bahwa pada tahun 2022 ini, ada lebih dari 220.000 ampul dengan atropin dikirim dari AS atas permintaan Kementerian Kesehatan Ukraina.
Atropin digunakan untuk mengobati beberapa jenis agen saraf dan keracunan pestisida.
Tidak jelas kemana pengiriman itu ditujukan.
Ia juga menyebut, AS telah mengembangkan setidaknya tiga skenario untuk menuduh Rusia.
Menurutnya provokasi itu kemungkinan besar akan dilakukan di Kharkiv, Kyiv, dan Zaporizhzhia yang memiliki pembangkit nuklir, lapor Sputnik.
Departemen Luar Negeri AS, kata Kirillov, telah menentukan bagaimana penyelidikan penggunaan senjata pemusnah massal (WMD) akan dimainkan.
Igor Kirillov mengatakan bahwa sejak dimulainya perang Ukraina, para pemimpin Barat secara teratur membuat pernyataan provokatif bahwa Rusia akan meluncurkan senjata pemusnah massal.
"Pada Maret-April tahun ini saja, pimpinan negara-negara Barat secara teratur membuat pernyataan provokatif tentang kemungkinan Rusia menggunakan senjata pemusnah massal," katanya.
Dia merujuk pada komentar Perwakilan Tetap AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield pada 27 Februari, yang mengatakan Rusia berencana menggunakan senjata kimia dan biologi dalam serangan 'bendera palsu' di Ukraina.
Linda saat itu menanggapi klaim Rusia yang menyebut AS mendanai penelitian senjata biologis berbahaya di Ukraina.