TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Intelijen Rusia mengungkapkan, Polandia dan AS sedang bekerjasama mengerjakan rencana agar Warsawa mendapatkan kembali kendali atas wilayah Ukraina yang dianggap Warsawa sebagai "milik historisnya".
Demikian dikemukakan Kepala Dinas Intelijen Asing (SVR) Moskow, Sergey Naryshkin, seperti dikutip Russia Today, Kamis (28/4/2022).
Dari informasi yang diperolehnya, Sergey Naryshkin mengatakan, tahap pertama operasi akan menerjunkan “pasukan penjaga perdamaian” Polandia ke Ukraina barat.
Dalihnya, mereka akan emberi “perlindungan (daerah di Ukraina) dari agresi Rusia.”
Rincian operasi itu sekarang sedang dibahas antara Warsawa dan pemerintah AS di Washington.
Baca juga: Buntut Rusia Stop Aliran Gas, Kota-kota di Polandia Mulai Krisis Elpiji
Baca juga: Polandia Telah Menyerahkan Bantuan Pertahanan Lebih dari 1,6 Miliar Dolar AS ke Ukraina
Baca juga: Serangan Rusia Memaksa Lebih dari 2,8 Juta Orang Ukraina Pergi ke Polandia
Ia menambahkan operasi itu dirancang tanpa mandat NATO, dan hanya negara-negara sukarela yang ambil bagian.
Warsawa sejauh ini menurut Sergey Naryshkin tidak dapat menemukan negara lain untuk bergabung di operasi itu.
Tetapi pihak berwenang Polandia tidak terganggu karena mereka senang jika semakin sedikit saksi yang mengetahui tindakan mereka.
Terlepas dari tujuan yang diumumkan secara publik untuk melawan Moskow, pasukan Polandia akan dikerahkan di beberapa bagian Ukraina.
Mereka hampir tidak memiliki peluang nyata untuk terlibat konfrontasi lansgung dengan pasukan Rusia.
Menurut data Rusia, “tujuan taktis” sebenarnya dari manuver Polandia adalah ingin merebut kembali kendali fasilitas strategis dari Garda Nasional Ukraina.
Badan intelijen Polandia tampaknya sedang mencari anggota elite Kiev yang “dapat diandalkan”, yang bersedia membentuk penyeimbang pro-Warsawa dan nasionalis Ukraina.
Pemerintah Polandia berasumsi memperkuat kekuatannya di Ukraina barat, dengan kemungkinan besar, akan menyebabkan perpecahan negara.
Dalam hal ini, kontrol atas wilayah di mana pasukan penjaga perdamaian akan ditempatkan akan tetap berada di tangan Warsawa.
Sisa-sisa Ekses Perang Dunia I
Rencana tersebut tampaknya merupakan upaya, katanya, untuk mengulangi kesepakatan bersejarah yang dibuat setelah Perang Dunia I.
Negara-negara sekutu atau barat menerima hak Warsawa untuk menduduki, dalam contoh pertama, sebagian Ukraina untuk melindungi rakyatnya dari “ncaman Bolshevik”.
Jika operasi awal itu berhasil, selanjutnya daerah-daerah itu akan dimasukkan ke dalam negara Polandia.
Perbatasan barat Ukraina terakhir digambar ulang setelah Perang Dunia II ketika Polandia setuju berpisah dengan wilayah Galicia Timur dan sebagian besar Volhynia.
Kedua wilayah itu dimasukkan ke Republik Sosialis Soviet Ukraina. Warsawa diberi kompensasi tanah yang sebelumnya menjadi bagian dari Jerman, yaitu pelabuhan Gdansk (Danzig).
Nazi Jerman menginvasi Polandia pada Agustus 1939, membuka jalan bagi pendudukan enam tahun negara itu, yang berakhir pada 1945 ketika tanah Polandia dibebaskan Moskow.
Pada tahun 1943, Galicia Timur dan Volhynia menjadi tempat pembunuhan massal yang dilakukan kelompok nasionalis Ukraina OUN-UPA (Organisasi Nasionalis Ukraina–Tentara Pemberontak Ukraina).
Mereka bekerja sama dengan Nazi. Sekurangnya 100.000 orang, kebanyakan orang Polandia dan Yahudi, diyakini telah dibunuh saat itu.
Beberapa tahun yang lalu, parlemen Polandia mengakui kejahatan nasionalis Ukraina terhadap Polandia selama Perang Dunia II sebagai "genosida."
Anggota kepemimpinan yang mengesahkan kekejaman itu sekarang dianggap sebagai pahlawan nasional di Ukraina.
Tokoh Sepuh Militer Polandia Kecam Ukraina
Di Warsawa, pensiunan Jenderal Waldemar Skrzypczak, seorang tokoh berpengaruh di militer Polandia, mengatakan dia menarik semua kata-kata dukungan untuk Ukraina.
Alasannya, negara itu kini merosot ke arah nasionalisme. Sebelumnya dia menganjurkan memasok senjata berat ke Kiev.
Sikap berbalik arah yang marah terhadap pemerintah Ukraina diterbitkan pada Jumat pekan lalu di surat kabar Gazeta Prawna.
Purnawirawan Jenderal Polandia Kecam Ukraina
Skrzypczak mengatakan dia marah dengan undang-undang yang disahkan parlemen Ukraina beberapa jam setelah Presiden Polandia Bronisław Komorowski di hadapan anggota parlemen untuk menyatakan dukungan untuk Ukraina.
Undang-undang tersebut memberikan manfaat bagi semua orang yang berjuang untuk sejarah kemerdekaan Ukraina.
Mereka termasuk pejuang Tentara Pemberontak Ukraina, atau UPA, yang bertanggung jawab atas pembunuhan massal warga Polandia pada 1943-44.
Peristiwa tragis tersebut dikenal sebagai pembantaian Volhynian di Polandia.
“Saya menyadari Ukraina tidak memiliki kepedulian terhadap orang Polandia. Saya berbicara tentang apa yang terjadi di Volhynia, pembantaian 100.000 orang Polandia oleh UPA,” kata mantan jenderal itu.
“UPA membunuh paman saya. Mereka memakunya dengan garpu ke pintu gudang. Yang aku tahu, dia sekarat mungkin selama tiga hari. Kebiadaban mereka berada di luar imajinasi. Nazi Jerman tidak menciptakan hal-hal yang dilakukan Ukraina terhadap kita,” katanya.
Skrzypczak mengatakan beberapa politisi Polandia hidup dalam ilusi dan tidak akan mengkritik Ukraina untuk menghindari memicu kontroversi.
“Saya ingin tahu yayasan apa yang dibangun Presiden Ukraina Poroshenko untuk masa depan Ukraina, nasionalisme yang haus darah? Ini menakutkan,” katanya.
“Saya telah lama mengatakan Ukraina harus menyingkirkan nasionalisme, karena jika tidak, kerjasama dengan Polandia akan sangat sulit jika memungkinkan sama sekali,” katanya.
Pada awal Januari, Skrzypczak menyerukan kepada pemerintah Polandia untuk mengirim rompi antipeluru cadangannya ke Ukraina untuk membantu pemerintahnya 'melawan Rusia.'
Mantan jenderal, yang merupakan komandan keseluruhan pasukan darat Polandia di masa lalu dan saat ini menjadi wakil menteri pertahanan yang bertanggung jawab atas pengadaan pertahanan.
Ia dikenal sebagai pendukung kuat agar Polandia memiliki tentara yang kuat dan waspada terhadap kemungkinan agresi Rusia.
Ia juga terkenal vokal tentang hal-hal yang dianggapnya penting. Pada 2009, ia pensiun dari tentara Polandia di tengah skandal, ketika ia dituduh pemerintah gagal memasok pasukan yang dikerahkan ke Afghanistan.
Dia mengatakan pengetahuan pejabat kementerian pertahanan tentang perang terbatas pada film-film yang mereka tonton.
Ketidakmampuan mereka menyebabkan kematian seorang perwira Polandia, yang tewas dalam baku tembak di Afghanistan.
Komentar skeptis jenderal Ukraina adalah fenomena langka di Polandia, yang telah menjadi salah satu pendukung paling vokal pemerintah baru di Kiev.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)