Peristiwa di Yunani tetap jadi bahan perebatan luas di kalangan anggota berpengaruh partai Demokrasi Baru Yunani yang berkuasa.
“Pidato anggota batalion neo-Nazi Azov di Parlemen Yunani adalah provokasi. Tanggung jawab mutlak terletak pada Perdana Menteri (Yunani) Kyriakos Mitsotakis,” kata tokoh politik Syriza, Alexis Tsipras
“Dia berbicara tentang hari bersejarah, tapi itu memalukan bersejarah. Solidaritas dengan orang-orang Ukraina diberikan. Tetapi Nazi tidak dapat memiliki suara di parlemen,” imbuhnya.
Mantan Perdana Menteri Yunani, Antonis Samaras, menekankan membiarkan pesan video Azov disiarkan di Parlemen Yunani adalah "kesalahan besar".
Kaum sosialis negara itu bertanya-tanya mengapa anggota parlemen Yunani tidak diberitahu sebelumnya tentang pidato kelompok neo-Nazi.
Juru bicara pemerintah Yunani Giannis Oikonomou mengatakan memberi tempat pesan dari batalion Azov adalah "tidak benar dan tidak pantas".
Selama delapan tahun konflik di Donbass, anggota resimen Azov, yang idenya mirip orang Ukraina yang bekerja sama dengan Nazi dalam Perang Dunia Kedua, telah dituduh melakukan kejahatan perang di wilayah tersebut.
Mereka melakukan penculikan, penyiksaan , dan penjarahan tanpa pandang bulu. Anggota Azov menggunakan lencana yang sangat mirip dengan lambang Nazi.
Untuk waktu yang lama, Azov, bersama dengan kelompok radikal dan ekstremis lainnya, disebut seperti itu di media barat.
Tetapi belakangan banyak media tak lagi menggunakan sudut pandang sama. Sebaliknya kerap menyebut mereka "pembela" Kiev.
Rusia meluncurkan operasi militer khusus untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina pada 24 Februari.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menekankan dia tidak bisa lagi mengabaikan penderitaan penduduk Donbass, yang telah mengalami bertahun-tahun genosida di tangan rezim Kiev, dan memerintahkan operasi itu sebagai tanggapan atas seruan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk. .
Rusia telah melakukan "operasi khusus" untuk melindungi Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR).
Koor media arus utama barat terus-menerus mengecam tindakannya sebagai "invasi." Namun, yang terakhir selama bertahun-tahun menutup mata terhadap kejahatan yang dilakukan oleh militer Ukraina dengan dukungan dari milisi neo-Nazi.