News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

POPULER Internasional: Daftar Senjata yang Dipasok AS ke Ukraina | Kilas Balik Tragedi Odessa 2 Mei

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara AS sedang menembakkan rudal antitank Javelin yang diproduksi Raytheon. Ada 5.000 unit rudal jenis ini telah dikirimkan AS ke medan tempur Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.

Militer AS telah mengirimkan senjata untuk Ukraina, ada 5.000 unit rudal antitank Javelin.

Sementara itu, Evgeny Norin, seorang sejarawan Rusia yang berfokus pada perang Rusia dan politik internasional menulis kilas balik tragedi Odessa 2 Mei 2014.

Masih soal invasi Rusia, pejabat Amerika Serikat dan Barat meyakini Presiden Rusia Vladimir Putin akan segera mendeklarasikan perang terhadap Ukraina secara resmi pada peringatan Hari Kemenangan 9 Mei.

Selengkapnya, berikut berita populer Internasional dalam 24 jam terakhir.

1. Ini Senjata Berat yang Dipasok AS ke Ukraina, Ada 5.000 Unit Rudal Antitank Javelin

Tentara AS sedang menembakkan rudal antitank Javelin yang diproduksi Raytheon. Ada 5.000 unit rudal jenis ini telah dikirimkan AS ke medan tempur Ukraina. (US ARMY/WIKIPEDIACOMMON)

Militer AS telah mengirimkan sekira 80 persen howitzer M777 dan setengah dari amunisi 155 mm yang dijanjikan ke Ukraina oleh Presiden AS Joe Biden bulan lalu.

Pentagon telah mengonfirmasi pengiriman itu, Senin (2/5/2022). Militer AS juga mengatakan telah memasok hampir semua baterai dan radar anti-pesawat dan 5.000 rudal anti-tank Javelin.

Angka-angka tersebut berasal dari briefing di Pentagon, dikutip Russia Today, Selasa (3/5/2022). Seorang pejabat pertahanan Amerika memberikan laporan bantuan militer Washington ke Kiev.

Biden awalnya menjanjikan 18 howitzer ke Ukraina, tetapi kemudian menambahkan 72 lagi, bersama 140.000 butir amunisi 155 mm, sepuluh radar kontra-artileri, dua radar pengawasan udara, 200 pengangkut personel lapis baja M113, 100 humvee, dan 11 helikopter Mi-17.

Baca juga: Pentagon: AS Latih Lebih dari 50 Pasukan Ukraina di Jerman

Baca juga: Rusia Dapatkan Bukti Pentagon Dukung Laboratorium Biologi Militer di Ukraina

Baca juga: Rusia Lakukan Uji Coba Rudal, Pentagon Tidak Khawatir, Pakar Sebut Moskow Ingin Pamer

Menurut Pentagon, setengah dari amunisi 155mm sudah ada di tangan Ukraina, dan lebih banyak lagi yang dikirim setiap hari.

Sebanyak 72 howitzer telah dikirimkan, bersama hampir semua radar. Sebanyak 14 penerbangan kargo berangkat dari AS selama 24 jam terakhir, dan 11 penerbangan lagi diharapkan pada hari berikutnya, bersama dengan 23 penerbangan dari lima negara lain.

Penerbangan kargo ini dilaporkan mendarat di Polandia, dari mana senjata dibawa melintasi perbatasan Ukraina melalui jalan darat dan kereta api.

Pentagon juga mengungkapkan pelatihan ke pasukan Ukraina terkait penggunaan howitzer berlangsung di Jerman.

Pasukan Garda Nasional Florida yang berbasis di sana, yang sebelumnya dikerahkan ke Ukraina untuk pelatihan, telah mengambil alih latihan howitzer dari instruktur asli Kanada.

Lebih dari 170 tentara Ukraina telah dilatih untuk menangani M777, dan 50 lainnya sedang menyelesaikan pelatihan mereka.

BACA SELENGKAPNYA >>>

2. Tragedi Odessa 2 Mei 2014 Titik Balik Pertumpahan Darah di Ukraina

Asap tebal terlihat di atas gedung-gedung selama kunjungan Menteri Luar Negeri Yunani ke pelabuhan Laut Hitam Odessa pada 3 April 2022.  (GEORGE VITSARAS / ANA-MPA/POOL / AFP)

Evgeny Norin, seorang sejarawan Rusia yang berfokus pada perang Rusia dan politik internasional menulis kilas balik tragedi Odessa 2 Mei 2014.

Tulisan panjang berikut ini dialihbahasakan dari artikel yang ditulis Norin dan dipublikasikan di portal Russia Today, Senin (2/5/2022).

Menurut Norin, peristiwa mematikan di Odessa itu jadi titik balik melawan persekusi rezim Ukraina. Puluhan orang tewas pada peristiwa itu, dan pelakunya tak pernah ditemukan.

Odessa adalah kota bersejarah penting di barat daya Ukraina. Meskipun barat tidak melihatnya seperti itu, bagi Rusia dan Republik Donbass yang baru terbentuk, petaka di kota itu bermakna simbolik.

Baca juga: Kesaksian Pekerja Azovstal: Operasi Rusia Satu-satunya Cara Akhiri Neraka Ala Azov

Baca juga: Media Barat Kompak Tutupi Sepak Terjang Batalyon Azov Neo-Nazi Ukraina

Baca juga: Rusia Temukan Jejak Kekejaman Batalyon Neo-Nazi Azov di Bandara Mariupol

Baca juga: Rusia Peringatkan Rencana Operasi Palsu Inteijen Ukraina di Odessa

Dari akhir 2013 hingga awal 2014, konflik antara pemerintah Ukraina yang dipimpin Presiden Viktor Yanukovich dan oposisi pro-barat sedang berlangsung di Kiev, ibu kota Ukraina.

Rangkaian aksi tergelar dan dijuluki 'Euromaidan'. Sementara itu di Odessa, kota pelabuhan di Laut Hitam, serangkaian aksi juga digelar dalam skala lebih kecil.

Bentrokan terjadi sesekali antara polisi dan pendukung Euromaidan dan mereka yang mendukung pemerintahan yang dianggap pro-Rusia.

Kelompok pro-Yanukovich ini dijuluki gerakan 'Anti-Maidan'. Banyak orang Ukraina tidak menyambut Euromaidan, dan mereka punya alasan.

Penduduk Odessa memiliki ikatan kuat dengan Rusia. Ketika Ukraina memperoleh kemerdekaan pada 1991, sejumlah besar etnis Rusia tinggal di Odessa.

Mereka memiliki kerabat di Rusia. Kota ini dibangun pada masa pemerintahan Catherine Agung dan selalu dilihat sebagai bagian integral sejarah Rusia.

BACA SELENGKAPNYA >>>

3. Pejabat AS dan Barat Yakin Putin akan Segera Menyatakan Perang kepada Ukraina

Pejabat Amerika Serikat dan Barat meyakini Presiden Rusia Vladimir Putin akan segera mendeklarasikan perang terhadap Ukraina secara resmi pada peringatan Hari Kemenangan 9 Mei.

Tanggal 9 Mei diperingati sebagai Hari Kemenangan bagi Rusia.

Di hari ini, Rusia menandai peristiwa menyerahnya Nazi Jerman kepada Uni Soviet pada akhir Perang Dunia Kedua, yang dikenal di Uni Soviet dengan sebutan Perang Patriotik Raya.

Menurut laporan CNN, para pejabat Barat percaya Putin akan memanfaatkan hari bersejarah itu untuk mengumumkan pencapaian militer di Ukraina hingga eskalasi konflik. 

Menurut skenario Barat, Putin akan secara resmi menyatakan perang terhadap Ukraina pada 9 Mei.

Baca juga: Bekas PM Inggris Semangati Negara Barat Kalahkan Rusia di Ukraina dan Cuci Tangan Soal Invasi Irak

Baca juga: Paus Fransiskus Sebut Putin Berencana Akhiri Perang di Ukraina pada 9 Mei

Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan dengan para pemenang hadiah budaya negara melalui tautan video di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2022. Presiden Putin pada 25 Maret mengecam Barat karena mendiskriminasi budaya Rusia, dengan mengatakan hal itu seperti upacara pembakaran buku oleh pendukung Nazi pada tahun 1930-an. (Mikhail KLIMENTYEV / SPUTNIK / AFP)

"Saya pikir dia akan mencoba untuk pindah dari 'operasi khusus'," kata Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace kepada Radio LBC pekan lalu.

"Dia telah menggelindingkan lapangan, meletakkan dasar untuk bisa mengatakan 'lihat, ini sekarang perang melawan Nazi, dan yang saya butuhkan adalah lebih banyak orang. Saya membutuhkan lebih banyak umpan meriam Rusia.'"

Menurutnya, Putin sejak awal telah membingkai invasinya ke Ukraina sebagai kampanye denazifikasi.

Deklarasi perang resmi pada 9 Mei berpotensi meningkatkan dukungan publik untuk invasi.

Menurut hukum Rusia, Putin bisa memobilisasi pasukan cadangan dan wajib militer setelah deklarasi tersebut.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. Ini Sikap dan Pujian Presiden Ukraina Volodymir Zelensky ke Batalyon Neo Nazi Azov

Pada 7 April 2022, ketika Presiden Ukraina Volodymir Zelensky berpidato di parlemen Yunani, dua militan Yunani dari batalyon neo-Nazi Azov juga menyampaikan pidato di forum yang sama.

Peristiwa ini memicu kecaman serius di negara itu.  Semua partai politik bersatu mengutuk kelompok neo-Nazi Ukraina. Pemerintah Yunani kemudian menyatakan penampilan kedua aktivis iru sebagai kesalahan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada jaringan ERT Yunani, dia berterima kasih kepada batalyon neo-Nazi Azov dan sukarelawan lainnya, siapa pun mereka. Dia juga menegaskan keyakinannya hampir tidak ada seruan radikalisme di Ukraina.

Dalam wawancara yang disiarkan pada Minggu (1/4/2022) dikutip Sputniknews, Zelensky ditanya tentang sikapnya terhadap batalion Azov sehubungan atas kemarahan publik Yunani beberapa waktu lalu.

Presiden Ukraina, yang berbicara dalam bahasa Ukraina dan Inggris selama wawancara, mengatakan pada 2014, sukarelawan dari berbagai bagian negara bersatu membela Ukraina Sebab negara itu tidak memiliki tentara "kuat" seperti hari ini.

Baca juga: Kesaksian Pekerja Azovstal: Operasi Rusia Satu-satunya Cara Akhiri Neraka Ala Azov

Baca juga: Media Barat Kompak Tutupi Sepak Terjang Batalyon Azov Neo-Nazi Ukraina

Baca juga: Rusia Temukan Jejak Kekejaman Batalyon Neo-Nazi Azov di Bandara Mariupol

Namun, dia mengaku bisa melihat perbedaan antara militer Ukraina dan batalyon nasionalis. Menurut Zelensky, seruan radikal dari formasi nasionalis Ukraina melawan Rusia adalah pendapat pribadi mereka, dan ada perbedaan antara mereka dan posisi militer.

"Ada juga Batalyon Azov, yang tidak terdiri dari sukarelawan, tetapi merupakan bagian dari garda nasional negara kita. Hari ini adalah bagian dari angkatan bersenjata, dan semuanya adalah tentara resmi negara kita,” katanya.

“Beberapa di antaranya yang merupakan sukarelawan pada awal perang pindah ke politik dan aktif di sana. Mereka yang memutuskan terus bertugas di angkatan bersenjata Ukraina menjadi militer dan merupakan bagian dari angkatan bersenjata Ukraina. Ini adalah dua hal yang berbeda," kata Zelensky.

Tepis Seruan Radikal di Ukraina 

Menurut Zelensky, Mariupol dipertahankan oleh tentara profesional, dan tidak hanya oleh batalion Azov, yang dia puji atas profesionalisme mereka.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini