Putin menganggap perang di Ukraina sebagai pertempuran untuk melindungi penutur bahasa Rusia di sana dari penganiayaan oleh Nazi.
Pemimpin berusia 69 tahun itu juga berusaha melawan ancaman terhadap Rusia karena ekspansi NATO di negara-negara bekas Uni Soviet.
Ukraina dan Barat menolak klaim fasisme sebagai omong kosong dan mengatakan Putin mengobarkan perang agresi yang tidak beralasan.
Uni Soviet kehilangan 27 juta orang dalam Perang Dunia Kedua, lebih banyak dari negara mana pun.
Selain kekalahan Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte di tahun 1812, kekalahan Nazi Jerman adalah kemenangan militer paling dihormati Rusia, meskipun kedua invasi bencana dari barat membuat Rusia sangat sensitif tentang perbatasannya.
Perang di Ukraina akan membayangi Hari Kemenangan tahun ini.
Invasi Rusia yang dimulai sejak 24 Februari telah menewaskan ribuan orang dan membuat hampir 10 juta orang mengungsi.
Akibatnya, kini Moskow dicengkeram dengan sejumlah sanksi dari Barat yang dikhawatirkan memicu konfrontasi Rusia dan Amerika Serikat (AS).
Sejauh ini, Rusia dan AS merupakan kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Tahun ini tidak ada pemimpin Barat yang diundang Kremlin selama perayaan.
Padahal kurang dari dua dekade lalu, Presiden AS George W. Bush bergabung dengan Putin untuk perayaan 9 Mei di Moskow.
Baca juga: Dewan Keamanan PBB Dukung Seruan Antonio Guterres untuk Perdamaian Rusia-Ukraina
Baca juga: Ini Strategi Intelijen Inggris Lancarkan Propaganda AntiRusia Selama Bertahun-tahun
Sempat beredar spekulasi bahwa Putin sedang mempersiapkan pengumuman khusus terkait perang Ukraina, antara deklarasi perang atau mobilisasi nasional.
Namun hal ini telah dibantah juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov yang menyebutnya omong kosong.
Amerika Serikat sendiri diketahui juga memiliki pesawat 'hari kiamat' versi Boeing 747 yang banyak dimodifikasi, yang disebut E-4B Nightwatch.
Baru-baru ini, pesawat itu terlihat terbang di dekat Pangkalan Angkatan Udara Edwards California Selatan dan menemani Presiden Joe Biden selama perjalanan Maret ke Eropa untuk membahas perang di Ukraina dengan sekutu NATO.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)