TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin dilaporkan akan mengirim peringatan kepada Barat saat perayaan Hari Kemenangan pada Senin (9/5/2022) mendatang.
Tahun ini merupakan peringatan ke-77 kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman.
Dilansir Reuters, Putin rencananya akan berpidato di Lapangan Merah di depan parade pasukan militer, tank, roket, dan rudal balistik antarbenua.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, parade kekuatan udara yang mencakup pesawat tempur supersonik, pembom supersonik strategis Tu-160, dan pesawat komando 'hari kiamat' Il-80 akan melintas di atas Katedral St Basil.
Menurut laporan Reuters, ini akan jadi penampilan pertama Ilyushin Il-80 dalam parade Hari Kemenangan sejak 2010.
Baca juga: Rusia Diperkirakan Gelontorkan Belasan Triliun Rupiah per Hari untuk Perang di Ukraina
Baca juga: UPDATE Serangan Rusia ke Ukraina Hari ke-73, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Pesawat airborne command and control Rusia ini difungsikan sebagai pusat komando udara untuk pejabat Rusia, termasuk Presiden, jika terjadi perang nuklir.
Dalam skenario itu, Il-80 dirancang untuk menjadi pusat komando jelajah Presiden Rusia.
Pesawat ini dikemas dengan teknologi, tetapi detail spesifik adalah rahasia negara Rusia.
Data terbaru Kementerian Pertahanan Rusia, lapor Newsweek, menunjukkan bahwa parade Hari Kemenangan tahun ini akan dikurangi secara signifikan.
Diketahui pada tahun lalu, 12.000 tentara dan 191 kendaraan militer tampil dalam parade.
Kementerian belum menjelaskan pengurangan tersebut, meskipun sejumlah besar tentara dan perangkat keras militer terlibat perang di Ukraina.
Putin berulang kali menyamakan perang di Ukraina dengan perlawanan Uni Soviet terhadap Nazi Jerman pimpinan Adolf Hitler yang menyerang pada 1941.
"Upaya untuk menenangkan agresor pada malam Perang Patriotik Hebat ternyata merupakan kesalahan yang merugikan rakyat kita," kata Putin pada 24 Februari ketika dia mengumumkan 'operasi militer khusus' di Ukraina.
"Kami tidak akan membuat kesalahan seperti itu untuk kedua kalinya, kami tidak berhak."