TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Adrian Bocquet, mantan tentara Angkatan Darat Prancis mengungkapkan kekejaman yang dia saksikan dilakukan Resimen Azov.
Kelompok bersenjata neo-Nazi itu beroperasi di bawah Garda Nasional Ukraina. Eropa dan media arus utama barat kini menutupi fakta kehadiran kelompok fasisme Ukraina ini.
Bocquet menghabiskan beberapa minggu di Ukraina, membantu mengirimkan peralatan dan pasokan medis ke berbagai sektor konflik.
“Di sana, di tempat itu saya melihat kejahatan perang. Saya melihat banyak kejahatan perang,” kata Bocquet.
“Satu-satunya kejahatan yang saya lihat selama hari-hari saya di sana dilakukan oleh pasukan Ukraina,” lanjut Bocquet, berbicara kepada Sud Radio awal pekan ini.
Baca juga: Propaganda Ukraina dan Nasib Warga Sipil di Komplek Pabrik Baja Azovstal
Baca juga: Kesaksian Pekerja Azovstal: Operasi Rusia Satu-satunya Cara Akhiri Neraka Ala Azov
Baca juga: Media Barat Kompak Tutupi Sepak Terjang Batalyon Azov Neo-Nazi Ukraina
Sputniknews.com mengutip wawancara Adrian Bocquet di saluran bincang kanal radio tersebut.
Sempat Ditahan Milisi Azov
Bocquet mengaku menghabiskan beberapa minggu di negara itu untuk membantu pengiriman bantuan kemanusiaan medis ke rumah sakit dan panti asuhan.
Tapi sebagian bantuan ini berakhir di tangan militer Ukraina.
“Saya melihat tentara Rusia yang ditawan, diikat dan dipukuli habis-habisan…” bebernya.
Mereka dibawa (ke tempat penahanan) dalam kelompok tiga atau empat dengan minibus,” kata Bocquet.
“Setiap prajurit yang keluar dari minibus menerima tembekan senapan Kalashnikov di lutut. Mereka yang mengaku sebagai perwira ditembak di kepala,” imbuh mantan prajurit Prancis itu.
“Ketika saya kembali ke Prancis, saya sangat terkejut dengan apa yang dikatakan orang-orang yang diundang di acara TV itu,” lanjutnya.
“Ada jurang pemisah antara apa yang saya lihat dan dengar di TV dan apa yang saya lihat di tempat. Bagi saya itu menjijikkan,” kata Bocquet.