TRIBUNNEWS.COM - Remaja yang membunuh 10 orang di sebuah supermarket di Buffalo, New York, Amerika Serikat sempat melakukan "pengintaian" sehari sebelum melakukan serangan bersenjata.
Sabtu (14/5/2022) lalu, remaja 18 tahun yang kemudian diketahui bernama Payton Gendron, melepaskan tembakan kepada karyawan dan pengunjung supermarket Tops.
Otoritas menyebut aksinya itu didasari kebencian terhadap ras tertentu.
Dilansir Daily Mail, Shonnell Teague, manajer Tops Friendly Market di Buffalo, mengklaim bahwa pelaku sempat mengunjungi supermarket pada hari Jumat.
Saat itu ia menyamar sebagai tunawisma.
"Dia bertingkah seperti dia tunawisma dan membutuhkan baju ganti," kata Teague kepada The New York Daily News pada hari Minggu.
"Dia benar-benar memeriksa isi supermarket toko."
Baca juga: 6 Fakta Penembakan Massal di Supermarket New York: 10 Orang Tewas, Pelakunya Ternyata Masih Remaja
Komisaris Polisi Buffalo, Joseph Gramaglia, membenarkan tuduhan tersebut.
Ia menyebut Gendron, yang tinggal hampir 200 mil jauhnya dari Buffalo, sempat beberapa kali berhenti di daerah itu sehari sebelum pembantaian.
"Dia berada di area Buffalo, dia berada tepat di area ini sehari sebelumnya," kata Gramaglia pada konferensi pers hari Minggu.
"Kami telah mengidentifikasi beberapa lokasi di mana dia berada."
"Kami tahu dia melakukan pengintaian di area dan dalam toko."
Setelah melepaskan tembakan ke supermarket pada Sabtu sore, Gendron menyerahkan diri kepada polisi di luar toko.
Sebelas dari 13 korban penembakan berkulit hitam.
Gendron yang mengaku mengidentifikasi dirinya sebagai supremasi kulit putih, mengeluarkan beberapa pernyataan yang jelas dan penuh kebencian tentang motif dan keadaan pikirannya setelah penangkapannya.
Ia mengakui dirinya memang menargetkan komunitas kulit hitam, menurut CNN.
Jaksa Distrik Erie County John Flynn mengungkapkan pada Minggu malam bahwa para pejabat sedang mempertimbangkan untuk mendakwa Gendron dengan terorisme domestik.
"Kami sedang melihat kemungkinan beberapa tuduhan tambahan yang akan diajukan," kata Flynn kepada Fox News.
"Kami melihat tuduhan terorisme domestik, kami melihat tuduhan kejahatan kebencian, sebenarnya ada tuduhan di Negara Bagian New York yang disebut terorisme domestik yang dimotivasi oleh kebencian."
"Jadi, tuduhan itu mencakup terorisme yang sebenarnya dan tuduhan kebencian bersama-sama, semuanya dalam satu tuduhan."
Gendron, dari Conklin, NY, mengaku tidak bersalah atas pembunuhan tingkat pertama setelah serangan hari Sabtu itu.
Ia ditahan tanpa jaminan dan menghadapi hukuman penjara seumur hidup.
Gendron akan kembali ke pengadilan pada hari Kamis (19/5/2022).
Saat ini ia sedang dalam pengawasan bunuh diri.
Gendron sempat 'meletakkan pistol di bawah dagunya' seolah-olah akan menembak dirinya sendiri setelah melakukan pembantaian.
Petugas berhasil 'membujuknya' dan akhirnya menangkapnya.
Gendron ditahan di unit terpisah dari narapidana lain.
"Dia dalam pengamatan langsung dari deputi kami [dengan] pengawasan video," Sheriff County Erie John Garcia menjelaskan.
"Dia akan diperlakukan seperti orang lain diperlakukan di pusat penahanan Erie County - secara manusiawi, dengan hormat."
"Dan dia akan menerima bantuan pemasyarakatan dan bantuan mental yang dibutuhkan."
Presiden AS Joe Biden akan Terbang ke Buffalo, Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Massal
Presiden AS, Joe Biden, akan melakukan perjalanan ke Buffalo, New York, pada hari Selasa (17/5/2022) untuk bertemu dengan keluarga korban penembakan massal di Supermarket Tops.
Mengutip CNN.com, Biden mengatakan kepada wartawan Minggu pagi bahwa dia belum berbicara dengan keluarga korban.
Ia tengah "berusaha menyusun jadwal" untuk melakukan perjalanan ke daerah tersebut.
Ia juga berbicara melalui telepon dengan Gubernur Demokrat New York Kathy Hochul.
Biden menyatakan belasungkawa untuk keluarga korban selama konferensi pers hari Minggu di National Peace Officers Memorial Service.
Baca juga: Berita Foto : Penembakan di Buffalo AS, 10 Orang Tewas
Baca juga: Fakta-fakta Penembakan Massal di Supermarket New York: Jumlah Korban, Identitas Pelaku hingga Motif
"Kami masih mengumpulkan fakta, tetapi Departemen Kehakiman telah menyatakan secara terbuka bahwa mereka sedang menyelidiki masalah ini sebagai kejahatan rasial, tindakan supremasi kulit putih yang bermotivasi rasial, dan ekstremisme kekerasan."
"Seperti yang mereka lakukan, kita semua harus bekerja sama untuk mengatasi kebencian yang tetap menjadi noda di jiwa Amerika."
"Hati kita berat sekali lagi, tapi tekad kita tidak boleh goyah," kata Biden.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)