"Jadi, jika hati seseorang tidak bekerja dengan baik, itu akan mempengaruhi aktivitas otak dan kognisi, dapat membuat seseorang mengantuk, dan kebanyakan orang tidak akan bertindak seperti dirinya sendiri," jelas Dr. Peters.
Jack dan Elizabeth menyaksikan setiap gejala yang disebutkan Dr. Peters secara langsung terjadi pada putri kecilnya.
"Pada satu momen, Liviah bahkan tidak tahu di mana ia berada. Ia akan menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang selama 10 menit berturut-turut meskipun anda baru saja menjawabnya beberapa detik sebelumnya. Warna kulitnya juga menjadi 'kuning semuanya', dan ia memiliki 'tatapan jauh', ini tanda bahwa ia tidak hadir secara mental. Sangat sulit untuk melihatnya dalam keadaan seperti itu," tegas.
Terlepas dari upaya dokter, kondisi Liviah yang kian memburuk, mendorong para dokter yang menanganinya untuk memberikan beberapa putaran dialisis hati.
"Tanpa itu, Liviah tidak akan bertahan lebih lama. Itu adalah jembatan untuk mendapatkan titik dari mana tubuhnya akan ditransplantasikan. Begitu Liviah mulai membutuhkan perawatan hati tingkat tinggi, dokter pun memberinya 'kelangsungan hidup yang diharapkan kurang dari tujuh hari', " papar Jack.
Lalu pada 28 Desember 2021, rumah sakit menempatkannya dalam kategori prioritas tertinggi dari daftar transplantasi organ.
Namun Elizabeth dan Jack menyadari bahwa itu tidak menjamin putri mereka akan mendapatkan organ hati baru pada waktu yang tepat.
Elizabeth mengakui bahwa saat itu ia memahami putrinya tidak memiliki minggu yang sehat tersisa untuk dirinya.
Yang dilakukan ibu muda ini hanya dan menangis dan berdoa.
Sementara itu, kakak laki-laki Liviah yang berusia 6 tahun, Jackson yang menjadi sahabat terbaiknya di dunia ini, tampak sangat prihatin.
"Ia (Jackson) tinggal bersama keluarga, dan tentunya ingin tahu tentang semua yang terjadi dengan Liviah," tegas Elizabeth.
Jack kemudian mengatakan bahwa dalam kurun waktu 11 hari, Liviah berubah dari gadis kecil yang normal dan sehat menjadi penerima transplantasi.
Momen yang tak terlupakan
Selanjutnya pada 30 Desember 2021, 2 hari setelah dimasukkan ke dalam daftar penerima transplantasi organ, keluarga Liviah bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
"Kami diberitahu bahwa ia mungkin tidak akan bangun dari putaran berikutnya (dialisis hati)," kata Elizabeth.
Dokter pun mengurangi aturan pembatasan Covid-19, sehingga keluarga Liviah dapat mengunjunginya 2 orang sekaligus jika ia koma atau mengalami kondisi yang lebih buruk.
Kemudian, pada pukul 16.15 waktu setempat, saat bibi Liviah, Jackson dan orang tua Liviah berkumpul di dekat tempat tidurnya dan mendoakannya, telepon pun berdering.
Elizabeth pun menjawab dengan mengaktifkan loudspeaker pada ponselnya.
"Koordinator transplantasi organ hati yang menelepon untuk memberitahu kami bahwa mereka menemukan kecocokan. Mereka menyampaikan berita itu kepada seluruh keluarga di ruang tunggu, dan semua orang harus merayakan berita bahagia itu bersama-sama, ada banyak kegembiraan, banyak air mata," tutur Elizabeth.
Pada pagi hari 1 Januari 2022, Liviah dibawa ke ruang operasi.
"Saya tidak akan melupakan saat mereka memberitahu kami bahwa organ hati barunya bekerja dan bekerja," jelas Jack.
Pasca operasi, prioritas utama keluarga Widders adalah membuat Liviah sehat kembali.
"Ia telah kehilangan banyak berat badan, dan hal terbesarnya adalah mencoba untuk kembali membuatnya mau makan," jelas Jack.
Selain itu, pasangan ini juga harus menemukan tingkat yang tepat untuk berbagai obatnya, dan Liviah harus mulai mengkonsumsi 56 ons cairan dalam sehari.
"Ia minum lebih banyak air sehari daripada ayahnya," kata Elizabeth sambil tertawa.
5 bulan kemudian, kondisi Liviah terlihat baik-baik saja.
"Melihatnya, anda tidak akan pernah tahu bahwa ia pernah melewati momen sulit. Ia kembali ke lapangan, bermain sepak bola, menari lagi, dan kembali menjadi gadis kecil berusia 4 tahun lagi," jelas Elizabeth.
Liviah kini memiliki bekas luka sepanjang 8 inci yang berfungsi sebagai pengingat tentang apa yang ia alami.
"Kami menyebutnya tanda kasih," tutur Jack.
Lalu apa yang harus diketahui para orang tua?
Jumlah kasus Hepatitis Pediatrik akut yang dilaporkan telah meningkat setelah peringatan dari CDC AS, namun masih belum jelas apakah sebenarnya terjadi peningkatan kasus hepatitis akut dengan penyebab yang tidak diketahui dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Dalam satu tahun, rata-rata hingga 1.000 anak dirawat di rumah sakit karena Hepatitis dengan penyebab yang tidak diketahui. Yang bisa kami katakan dengan pasti pada saat ini adalah kami tidak melihat peningkatan dramatis dalam jumlah kasus dibandingkan dengan apa yang biasa terjadi," kata Wakil Direktur CDC AS untuk penyakit menular, Dr. Jay Butler dalam sebuah pengarahan media baru-baru ini.
Sementara itu Dr. Peters menyebut apa yang terjadi pada Liviah sebagai 'kejadian yang sangat langka' dan menekankan bahwa 'tidak ada yang harus panik' terkait peristiwa ini.
Kendati demikian, ia mengimbau para orang tua untuk tetap waspada terhadap tanda-tanda penyakit kuning, seperti kulit atau mata yang menguning, tinja atau feses berwarna pucat dan urine berwarna gelap.
Dr. Peters juga meminta para orang tua untuk selalu melaporkan temuan gejala ini ke penyedia layanan kesehatan.
"Di luar masa saat bayi baru lahir, penyakit kuning tidak normal pada anak-anak atau orang dewasa harus dilaporkan," tegas Dr. Peters.
Lalu untuk sesama orang tua, Elizabeth Widders menekankan bahwa para orang tua perlu menjadi penasehat terbaik bagi anak.
"Ikutilah naluri anda jika ada sesuatu yang salah. Terkait skenario terburuknya, anda akan menghadapi suatu hal seperti yang kami hadapi," pungkas Elizabeth.