TRIBUNNEWS.COM - Rusia mendesak Turki untuk tidak melancarkan serangan di Suriah utara setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan memperbarui ancaman kampanye militer yang menargetkan "teroris" Kurdi.
“Kami berharap Ankara akan menahan diri dari tindakan yang dapat menyebabkan kerusakan berbahaya dari situasi yang sudah sulit di Suriah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam sebuah pernyataan pada Kamis (3/6/2022).
"Langkah seperti itu, dengan tidak adanya kesepakatan dari pemerintah yang sah dari Republik Arab Suriah, akan menjadi pelanggaran langsung terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Suriah," jelasnya.
"(Dan) akan menyebabkan eskalasi lebih lanjut dari ketegangan di Suriah", tambahnya.
Baca juga: Turki Resmi Ganti Nama Jadi Turkiye, Ingin Disebut dengan Nama Baru dalam Semua Bahasa
Baca juga: POPULER Seleb: Mawar AFI Tak Terima Dibandingkan dengan Susi | Cici Paramida Dekat dengan Pria Turki
Dilansir Al Jazeera, Erdogan pada Rabu (1/6/2022) kembali mengusulkan serangan militer di Suriah utara.
“Kami mengambil langkah lain dalam membangun zona keamanan 30 km (19 mil) di sepanjang perbatasan selatan kami. Kami akan membersihkan Tal Rifat dan Manbij,” katanya, merujuk pada dua kota di Suriah utara.
Erdogan mengatakan mereka kemudian akan melanjutkan “langkah demi langkah ke wilayah lain”.
Selama seminggu, pemimpin Turki telah mengancam akan melancarkan operasi terhadap pejuang Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Dia juga menargetkan Unit Perlindungan Rakyat (YPG), sebuah kelompok Suriah-Kurdi yang dianggap sebagai bagian dari PKK.
PKK telah melancarkan pemberontakan bersenjata melawan Turki sejak 1984, dan puluhan ribu orang tewas dalam konflik tersebut.
Pemerintah Turki menuduh YPG menyerang pasukan keamanan Turki di Suriah.
Zakharova mengatakan memahami kekhawatiran Turki tentang ancaman terhadap keamanan nasional yang berasal dari daerah perbatasan" dengan Suriah.
Dia menambahkan masalah hanya dapat diselesaikan jika pasukan Suriah dikerahkan di daerah tersebut.
Di bawah ketentuan perjanjian 2019, Rusia, sekutu rezim Damaskus, dan Turki setuju untuk memastikan pasukan Kurdi menarik diri dari daerah-daerah di Suriah yang dekat dengan perbatasan Turki dan meluncurkan patroli bersama.
Baca juga: Resmi! Turki Ganti Nama ke PBB Jadi Turkiye
Baca juga: PBB Setuju Ubah Nama Resmi Turki Menjadi Turkiye
Aktor jahat
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Rabu juga memperingatkan sekutu NATO Turki terhadap serangan militer di Suriah, dengan mengatakan itu akan membahayakan kawasan itu.
“Itu adalah sesuatu yang akan kami lawan,” kata Blinken pada konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
“Kekhawatiran yang kami miliki adalah bahwa setiap serangan baru akan merusak stabilitas regional [dan] memberikan peluang kepada aktor jahat untuk mengeksploitasi ketidakstabilan,” kata Blinken.
Turki telah meluncurkan tiga operasi militer ke Suriah utara sejak 2016, merebut daerah di sepanjang perbatasan dalam apa yang dikatakannya sebagai upaya untuk mengamankan perbatasannya dari ancaman dari ISIL (ISIS) dan YPG.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang terkait dengan YPG memperingatkan operasi militer oleh Ankara akan merusak upaya untuk memerangi pejuang dari kelompok bersenjata ISIL di timur laut Suriah.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)