TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Markas PBB menyatakan tidak dapat memverifikasi tuduhan yang diajukan Kiev terhadap Moskow tentang "pencurian" dan ekspor gandum ilegal Ukraina.
Penegasan disampaikan juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, Selasa (7/6/2022) waktu New York, dikutip Russia Today, Rabu (8/6/2022).
Ditanya klaim seorang reporter selama jumpa pers pada hari itu, Dujarric mengatakan baik kantor Sekjen PBB maupun Program Pangan Dunia PBB (WFP) tidak memiliki informasi kredibel tentang masalah tersebut.
“Kami telah melihat laporan media baru-baru ini, kami sedang berbicara dengan rekan-rekan kami di WFP. Mereka tidak memiliki cara untuk memverifikasi tuduhan ini,” kata Dujarric.
“Saya pikir WFP, seperti yang kita semua miliki, telah mengadvokasi pergerakan bebas makanan dari Laut Hitam untuk memastikan kebutuhan orang-orang di seluruh dunia terpenuhi, ”kata pejabat itu.
Baca juga: Putin Persilakan Ukraina Ekspor Gandum Lewat Pelabuhan Yang Telah Dikuasai Rusia
Baca juga: Ukraina Tuduh Rusia Curi 500.000 Ton Biji Gandum dari Wilayahnya
Baca juga: Gambar Satelit Perlihatkan Kapal Rusia Memuat Gandum Ukraina di Krimea
Ukraina telah berulang kali menuduh Moskow "mencuri" persediaan gandumnya di tengah konflik yang sedang berlangsung sejak 24 Februari 2022.
Baru-baru ini, tuduhan seperti itu dilontarkan ke Rusia oleh Duta Besar Ukraina untuk Turki, Vasyl Bodnar.
“Rusia tanpa malu-malu mencuri gandum Ukraina dan mengirimkannya ke luar negeri dari Krimea, termasuk ke Turki,” kata Bodnar.
Ia menambahkan Kiev telah meminta Ankara untuk “membantu menyelesaikan masalah ini.”
Ukraina dan negara-negara barat sama-sama telah berulang kali menuduh Moskow menghambat ekspor biji-bijian lewat pelabuhan Laut Hitam, pusat perdagangan utama Odessa.
Rusia telah menolak klaim dan tuduhan tersebut, mempertahankan kesiapannya memastikan perjalanan yang aman bagi kapal pengangkut biji-bijian dari pelabuhan.
Gangguan aliran biji-bijian berasal dari tindakan Kiev sendiri, dan penambangan ekstensif garis pantai oleh militer Ukraina.
Rusia menyerang negara tetangga itu menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik secara paksa.
Tuduhan sebelumnya dilontarkan dari Kedubes Ukraina di Lebanon, ketika Rusia dilaporkan menjual 100.000 ton gandum curian kepada sekutunya Suriah.
Aksi tersebut diketahui setelah pasokan gandum Ukraina yang akan dikirimkan ke Beriut melalui kapal Matros Pozynich habis dijarah Rusia.
Menurut laporan Kedutaan Besar Ukraina di Lebanon, gandum tersebut dijarah Rusia pada akhir Mei lalu.
Setelah berhasil memindahkan pasokan gandum tersebut, Rusia lantas menjualnya ke Suriah melalui pelabuhan laut utama Latakia.
“Gandum dicuri dari fasilitas yang menggabungkan gandum dari tiga wilayah Ukraina menjadi satu batch. Ini adalah kegiatan kriminal," kata Kedutaan Besar Ukraina di Lebanon.
Bukti ini diperkuat dengan adanya gambar satelit dari Planet Labs PBC. Rekaman menunjukkan kapal Rusia berlabuh di Latakia, pada 29 Mei 2022.
Hingga berita ini dirilis pihak otoritas Suriah serta pejabat Kementerian Pertanian Suriah yang berada di pelabuhan Latakia tak kunjung mengkonfirmasi kebenaran informasi ini.
Rusia membantah tuduhan pencurian gandum itu. “Kami tidak mencuri apa pun dari siapa pun," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrei Rudenko.
Kasus seperti ini bukanlah kali pertama yang dialami Ukraina, pada bulan April lalu Rusia diketahui telah melakukan aksi serupa dengan menyelundupkan gandum yang dicuri dari Kyiv.
Rencananya gandum tersebut akan dijual ke salah satu importir Mesir. Namun pemerintah Mesir menolak kehadiran kapal Rusia, hingga membuat transaksi jual beli tersebut gagal.
Dilansir Reuters, Rusia merupakan eksportir utama bagi Suriah khususnya komoditas gandum.
Bahkan sebelum serangan militer Rusia ke Ukraina, Moscow aktif memberikan bantuan pangan ataupun kemanusian pada pemerintahan Suriah.
Situs berita Interfax mencatat hubungan bilateral Rusia-Suriah telah berlangsung lama. Setiap tahunnya Rusia memasok Suriah satu juta ton gandum.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)