TRIBUNNEWS.COM - Badan-badan intelijen federal India menyebut kelompok teror Al-Qaeda di Anak Benua India (AQIS) mengancam akan melakukan bom bunuh diri akibat pernyataan para politisi yang menghina nabi, Independent melaporkan.
Organisasi teroris itu mengatakan dalam sebuah surat bahwa pemboman bunuh diri ini adalah untuk "membalas" pernyataan yang menghina Nabi Muhammad, lapor The Indian Express.
"Beberapa hari yang lalu, para penyebar dan pembawa bendera Hindutva – sebuah sistem dan filosofi yang memusuhi agama dan Syariah Allah – menghina dan memfitnah makhluk yang paling murni, yang paling mulia setelah Tuhan sendiri, Muhammad al Mustafa, Ahmad al Mujtaba, dan istrinya yang mulia dan suci, ibu dari orang-orang beriman, Sayyidah Ayesha binti Abu Bakar sebagai Siddeeq dengan cara yang paling keji dan jahat di saluran TV India," tulis organisasi asal Pakistan itu dalam sebuah surat.
"Menanggapi penghinaan ini, hati Muslim di seluruh dunia berdarah dan dipenuhi dengan perasaan balas dendam dan pembalasan."
Dalam surat itu, AQIS mengancam "setiap mulut busuk dunia yang berani dan kurang ajar".
Baca juga: Imbas Dua Politisi India Hina Islam, Gubernur Aceh Minta Kegiatan Dubes India Dihentikan
Baca juga: Berita Foto: Demo Umat Islam Buntut Penghinaan Nabi Muhammad oleh Politisi India
Kelompok itu secara khusus memperingatkan teroris Hindutva yang menduduki India bahwa mereka harus berjuang demi martabat nabi.
Sebagai tanggapan atas ancaman tersebut, semua 28 negara bagian India telah diminta untuk meningkatkan pengaturan keamanan mereka menjadi siaga tinggi.
Badan-badan pusat India telah memverifikasi surat itu dan meminta semua pasukan polisi untuk waspada.
Surat itu meminta "teroris safron" untuk "menunggu akhir mereka di Delhi, Bombay (Mumbai), UP (Uttar Pradesh) dan Gujarat.
Warna safron dikaitkan dengan nasionalis sayap kanan India.
"Mereka akan menemukan perlindungan baik di rumah mereka maupun di markas tentara yang dibentengi", jaringan teroris itu memperingatkan.
Surat itu datang tak lama setelah juru bicara untuk partai nasionalis Hindu, diduga menghina Nabi Muhammad dalam debat langsung di televisi.
Hal itu memicu kehebohan di seluruh negeri serta memicu pertikaian diplomatik antara India dengan beberapa negara di Timur Tengah dan Asia.
Qatar, Arab Saudi, Oman, Uni Emirat Arab, Indonesia, Afghanistan, Pakistan, dan Iran mengecam komentar mantan juru bicara BJP Nupur Sharma.
Sharma kini diskors oleh partainya menyusul kontroversi tersebut.
Pernyataan itu juga dikutuk oleh koalisi global yang kuat dari negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
OKI mengatakan bahwa penghinaan itu dilontarkan di tengah suasana kebencian yang semakin intens terhadap Islam dan pelecehan sistematis terhadap Muslim di India.
Setelah kemarahan global, kementerian luar negeri India mengklaim pernyataan ofensif Nupur Sharma itu tidak mencerminkan pandangan pemerintah.
"Kami telah melihat pernyataan tentang India dari Sekretariat Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI)."
"Pemerintah India dengan tegas menolak komentar Sekretariat OKI yang tidak beralasan dan berpikiran sempit," kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan.
Kementerian itu membela bahwa komentar yang merendahkan kepribadian religius hanya dibuat oleh individu-individu tertentu.
"Mereka, dengan cara apa pun, tidak mencerminkan pandangan Pemerintah India."
"Tindakan keras telah diambil terhadap orang-orang ini oleh badan-badan terkait," kata kementerian itu.
"Sangat disayangkan Sekretariat OKI kembali memilih untuk melontarkan komentar yang memotivasi, menyesatkan dan nakal."
"Komentar itu hanya memperlihatkan agenda memecah belah yang dikejar atas perintah kepentingan pribadi," kata kementerian luar negeri India.
Meningkatnya kejahatan rasial di India juga disebutkan oleh Washington pekan lalu.
Menteri luar negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa peningkatan serangan terhadap jemaah dan tempat ibadah justru terjadi di tempat demokrasi dan rumah bagi keragaman agama terbesar di dunia.
Departemen luar negeri AS mengatakan, beberapa pejabat malah mengabaikan atau bahkan mendukung meningkatnya serangan terhadap orang dan tempat ibadah di India.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)