Rusia disebut sedang berjuang untuk menyediakan layanan publik dasar bagi penduduk di wilayah yang didudukinya.
Sekitar 100.000 orang berada di kota yang pernah memiliki populasi sekitar 430.000 sebelum pasukan Rusia menyerbu negara itu, menurut pejabat Ukraina.
Kota Mariupol luluh lantak setelah berminggu-minggu dikepung dan dibombardir pasukan Rusia.
Pejabat Ukraina memperkirakan 90 % kota hancur.
Kata Ilmuwan
Ilmuwan Amerika menilai badai hujan di Mariupol dapat memicu wabah kolera.
Kota ini berisiko tinggi karena sistem air dan pembuangan limbah rusak akibat pertempuran.
Saat suhu musim panas naik, kondisi menjadi lebih ramah bagi bakteri yang terbawa air yang menyebabkan penyakit.
Profesor rekanan teknik lingkungan Universitas Florida, Antar Jutla, mengatakan hujan deras akan menimbulkan genangan air dan meningkatkan tingkat bakteri.
Jutla dan rekan-rekannya menggabungkan citra satelit, suhu udara dan air, hingga informasi akses ke air bersih untuk memprediksi risiko wabah kolera.
Baca juga: Jerman Janji Berikan Bantuan Medis ke Ukraina
Baca juga: Intelijen Ukraina: Jika Rusia Kuasai Donbas, Mereka Bisa Serang Wilayah Lain hingga Seluruh Ukraina
"Kami tidak mengatakan kolera akan turun besok di Mariupol," kata ahli mikrobiologi Universitas Maryland Rita Colwell, salah satu pemimpin tim, dikutip dari VOA.
"Kami mengatakan risikonya tinggi dan semua faktor ada di sana. Sekarang adalah waktu untuk bersiap, tidak menunggu sampai Anda memiliki ribuan kasus."
Kolera adalah penyakit yang sangat serius yang disebabkan oleh makan makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae, menurut WHO.
Penyakit ini dapat menyebabkan diare berair akut yang parah dan dehidrasi parah.
Anak-anak hingga orang dewasa dapat terjangkit, bahkan kolera dapat membunuh dalam beberapa jam jika tidak diobati.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)