Meskipun masih belum jelas bagaimana Monkeypox bisa memasuki tubuh manusia dalam wabah saat ini, virus itu telah menyebar melalui kontak erat dan intim, inilah yang menunjukkan perubahan pola penularan dari episode sebelumnya.
Komunitas lain bahkan telah memperingatkan stigma yang muncul dalam komunikasi tentang Monkeypox.
Pada akhir Mei lalu, Asosiasi Pers Asing Afrika meminta media Barat untuk berhenti menggunakan foto orang kulit hitam untuk menyoroti seperti apa kondisinya dalam cerita tentang temuan Monkeypox di AS maupun Inggris.
Dalam minggu-minggu sejak itu, para ilmuwan juga mengangkat poin bahwa lesi yang dialami pasien dalam wabah saat ini, dalam banyak kasus, berbeda dari apa yang telah didokumentasikan secara historis di Afrika.
"Seperti penyakit lainnya, itu dapat terjadi di wilayah manapun di dunia dan menimpa siapa saja, tanpa memandang ras atau etnis. Karena itu, kami meyakini bahwa tidak ada ras atau corak kulit yang seharusnya menjadi penyebab penyakit ini," tegas asosiasi tersebut.
Para ilmuwan di WHO dan lembaga lainnya telah menunjukkan bahwa selama ini hanya ada sedikit perhatian internasional yang diberikan terhadap virus ini sampai akhirnya menyebar ke negara-negara di luar Afrika.
"Setiap kasus Monkeypox 'harus diperlakukan dengan perhatian dan rasa mendesak yang sama', seperti yang sekarang terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika Utara," kata komunitas yang terdiri dari 30 ilmuwan itu dalam surat mereka pekan lalu.