Bantuan Militer AS
Presiden AS Joe Biden segera menggelontorkan bantuannya kepada Ukraina sebesar 1 miliar dolar AS atau Rp 14,815 triliun.
Dana tersebut disumbangkan sebagai bantuan militer untuk menanggulangi invasi Rusia.
Demikian berdasarkan pernyataan Biden, yang diterbitkan oleh Gedung Putih Rabu.
Baca juga: Belanda Menangkap Mata-mata Rusia yang Mencoba Menyusup ke Pengadilan Pidana Internasional
Dia mencatat bahwa dia membahas operasi militer Rusia di Ukraina dengan Zelensky.
Menurut pernyataan itu, Biden "menegaskan kembali komitmennya" bahwa AS "akan mendukung Ukraina karena membela demokrasinya dan mendukung kedaulatan dan integritas teritorialnya."
"Saya memberi tahu Presiden Zelensky bahwa Amerika Serikat memberikan bantuan keamanan senilai 1 miliar dolar lagi untuk Ukraina," kata Biden.
"Hari ini, saya juga mengumumkan bantuan kemanusiaan tambahan sebesar 225 juta dolar untuk membantu orang-orang di Ukraina, termasuk dengan menyediakan air minum yang aman, pasokan medis dan perawatan kesehatan penting, makanan, tempat tinggal, dan uang tunai untuk keluarga guna membeli barang-barang penting," kata AS dalam pernyataannya.
Pada 30 April, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan dalam sebuah wawancara untuk Xinhua bahwa negara-negara NATO melakukan segalanya untuk mencegah penyelesaian operasi militer khusus Rusia di Ukraina melalui perjanjian diplomatik.
Diplomat top mencatat bahwa senjata sedang dikirim ke Ukraina melalui aliran tanpa akhir. Menurut Lavrov, ini dilakukan dengan dalih "memerangi invasi," sementara pada kenyataannya AS dan Uni Eropa berniat untuk melawan Rusia "sampai Ukraina terakhir," mereka sama sekali tidak peduli dengan nasib Ukraina sebagai subjek independen hubungan internasional.
Baca juga: China Dukung Rusia, Indonesia Jadi Saksi Kedekatan Xi Jinping dan Putin 9 Tahun Silam
Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus di Ukraina sebagai tanggapan atas permintaan bantuan dari republik Donbass.
Dia menggarisbawahi bahwa Moskow tidak berencana untuk menduduki wilayah Ukraina, melainkan bertujuan untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tersebut.
Sebagai tanggapan, Barat mulai memberlakukan sanksi skala luas terhadap Rusia.
Bersamaan dengan itu, negara-negara Barat memulai pengiriman senjata dan kendaraan militer ke Kiev untuk sejumlah uang, yang saat ini diukur dalam miliaran dolar.