News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Washington Targetkan Perusahaan China dan UEA dalam Sanksi Baru Iran

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bendera nasional Iran terlihat di luar markas Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada perusahaan China dan Uni Emirat Arab (UEA), serta jaringan produsen petrokimia Iran pada Kamis (16/6/2022).

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada perusahaan China dan Uni Emirat Arab (UEA), serta jaringan produsen petrokimia Iran.

Washington menuduhmereka "menghindari sanksi" dengan mendukung penjualan produk petrokimia Iran di lua negeri.

Dilansir Al Jazeera, dalam sebuah pernyataan Departemen Keuangan AS yang diterbitkan pada Kamis (16/6/2022), badan tersebut menjatuhkan hukuman pada dua perusahaan yang berbasis di Hong Kong, tiga di Iran, dan empat di UEA.

Sanksi juga dijatuhkan kepada warga negara China Jinfeng Gao dan warga negara India Mohammed Shaheed Ruknooddin Bhore.

Baca juga: Kelompok Microcephaly Bom Atom Jepang Mengeluh Kerusakan Nuklir Berlanjut Beberapa Generasi

Baca juga: Seoul: Korea Utara Siap Lakukan Uji Coba Nuklir Kapan Saja Jika Dapat Perintah Kim Jong Un

Bendera nasional Iran terlihat di luar markas Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) selama pertemuan Dewan Gubernur badan tersebut di Wina pada 1 Maret 2021. Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada perusahaan China dan Uni Emirat Arab (UEA), serta jaringan produsen petrokimia Iran pada Kamis (16/6/2022). (JOE KLAMAR / AFP)

"Amerika Serikat mengejar jalur diplomasi yang serius agar mencapai pengembalian sepadan untuk mematuhi Rencana Aksi Komprehensif Bersama," kata Wakil Menteri Keuangan untuk Terorisme dan Intelijen Keuangan Brian E Nelson, mengacu pada kesepakatan nuklir Iran, dikutip Reuters.

“Jika tidak ada kesepakatan, kami akan terus menggunakan otoritas sanksi kami untuk membatasi ekspor minyak bumi, produk minyak bumi, dan produk petrokimia dari Iran," imbuhnya.

Seperti diketahui, mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari JCPOA pada 2018.

Trump lantas memulai kampanye sanksi “tekanan maksimum” terhadap ekonomi Iran yang terus ditegakkan oleh penerusnya Joe Biden.

Teheran telah meningkatkan program (nuklir)nya sebagai tanggapan atas penarikan Washington dari pakta tersebut.

Baca juga: Kolonel Iran Perwira Pasukan Quds Ditembak Mati di Depan Rumahnya di Teheran

Baca juga: Para Menteri Luar Negeri G7 Beri Peringatan kepada Teheran dan Moskow

Iran ingin sanksi AS dicabut

Para pejabat Iran mengatakan mereka ingin semua sanksi AS segera dicabut, sementara pemerintahan Presiden AS Joe Biden menyerukan untuk saling mengembalikan kepatuhan yang akan mengakhiri sanksi terkait nuklir dan pengurangan program nuklir Iran.

Tetapi beberapa putaran negosiasi tidak berhasil memulihkan kesepakatan.

Salah satu poin penting tampaknya adalah penunjukan AS atas Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran sebagai "organisasi teroris asing". Teheran ingin penunjukan itu dicabut, tetapi Washington sejauh ini enggan melakukannya.

Baca juga: Rusia Ancam Nuklir ke Polandia, Gara-gara Mantan Menterinya Sarankan Barat Pasok Nuklir ke Ukraina

Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato di Ruang Roosevelt Gedung Putih di Washington, DC, pada 24 Mei 2022, setelah seorang pria bersenjata menembak mati 18 anak kecil di sebuah sekolah dasar di Texas. (Stefani Reynolds / AFP)

Sanksi tidak efektif

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini