Mehdi Safari, Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk diplomasi ekonomi menolak sanksi baru AS padaKamis sebagai (tindakan) tidak efektif.
“Industri petrokimia kami dan produknya telah lama dikenai sanksi, tetapi penjualan kami terus berlanjut melalui berbagai saluran dan akan terus berlanjut,” kata Mehdi Safari kepada televisi pemerintah Iran.
Wakil kepala penelitian di Grup Eurasia, Henry Rome mengatakan sanksi mungkin bertujuan untuk meningkatkan tekanan pada Iran dan untuk menumpulkan kritik dalam negeri AS yang berpendapat bahwa Biden telah gagal mengendalikan program nuklir Iran.
"Washington kemungkinan bertujuan untuk menaikkan biaya bagi Iran dari skenario tanpa kesepakatan yang berkelanjutan sementara juga menangkis kritik domestik dan asing bahwa itu membiarkan kebijakan Irannya menyimpang," kata Roma kepada kantor berita Reuters.
Dia menambahkan bahwa tindakan sanksi tunggal tidak mungkin mengubah pemikiran di Iran atau China tanpa strategi yang lebih luas.
China tetap menjadi pembeli utama minyak Iran, sementara India dengan enggan mengakhiri impor di bawah tekanan AS.
“Memang, Teheran dapat menghitung bahwa mengingat keadaan pasar minyak dan tekanan inflasi global, kampanye bersama [AS] untuk meruntuhkan ekspor energi Iran ke tingkat era Trump tidak akan terjadi dalam waktu dekat,” kata Roma.
Baca juga: Teheran Tolak Laporan Pejabat Iran Bertemu Direktur CIA di Baghdad
Dikutip France24, Amerika Serikat telah berusaha untuk mencegah negara mana pun membeli minyak Iran sejak 2018.
Iran secara drastis mengurangi program nuklirnya dengan imbalan janji-janji keringanan sanksi.
China tetap menjadi pembeli utama minyak Iran sementara India dengan enggan mengakhiri impor di bawah tekanan AS.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)