China menyebut sanksi itu sebagai "terorisme keuangan" dan "persenjataan ekonomi", dan juga menyerang penjualan senjata ke Kyiv oleh negara-negara luar seperti AS dan Inggris.
Saat ini, Arab Saudi menjadi pemasok terbesar kedua untuk China, dengan volume Mei naik 9 % pada tahun ini menjadi 7,82 juta ton, atau 1,84 juta barel per hari.
Angka ini turun dari 2,17 juta barel per hari pada April.
Rusia mengambil kembali peringkat teratas setelah jeda 19 bulan.
Data bea cukai yang dirilis pada hari Senin juga menunjukkan China mengimpor 260.000 ton minyak mentah Iran bulan lalu, pengiriman ketiga minyak Iran sejak Desember lalu.
Terlepas dari sanksi AS terhadap Iran, China terus mengambil minyak dari Iran, yang biasanya diberikan sebagai pasokan dari negara lain.
Tingkat impor dari Iran kira-kira setara dengan 7 % dari total impor minyak mentah China.
Impor minyak mentah China secara keseluruhan naik hampir 12 % pada Mei dari basis rendah tahun sebelumnya menjadi 10,8 juta barel per hari, dibandingkan rata-rata tahun 2021 sebesar 10,3 juta barel per hari.
Janji Xi Jinping kepada Putin: China akan Selalu Dukung Rusia dalam Hal Kedaulatan dan Keamanan
Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada Vladimir Putin melalui telepon pada hari Rabu (15/6/2022) bahwa Beijing akan terus mendukung Moskow dalam hal "kedaulatan dan keamanan", menurut media pemerintah CCTV yang dikutip France24.
China bersedia untuk terus menawarkan dukungan timbal balik kepada Rusia pada isu-isu mengenai kepentingan inti dan keprihatinan utama seperti kedaulatan dan keamanan, kata Xi seperti yang diberitakan CCTV.
Panggilan telepon itu adalah yang kedua yang dilaporkan antara kedua pemimpin sejak Putin melancarkan invasinya ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Tidak seperti negara-negara barat, China menolak untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
China juga dianggap memberikan perlindungan diplomatik untuk Rusia dengan mengecam sanksi Barat dan penjualan senjata ke Kyiv.