Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WELLINGTON - Selandia Baru akan menyumbangkan 800.000 dolar Amerika Serikat (AS) kepada UNICEF untuk membantu Sri Lanka.
Negara itu berencana memberikan bantuan mendesak kepada anak-anak Sri Lanka yang terkena dampak buruk krisis ekonomi di Sri Lanka, seperti apa yang telah dilakukan negara tetangganya, Australia.
Dikutip dari laman www.newsfirst.lk, Kamis (23/6/2022), Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta menuliskan cuitan dalam akun Twitternya bahwa Selandia Baru bekerja dengan komunitas internasional, termasuk International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) untuk membantu Sri Lanka memetakan jalan menuju pemulihan ekonomi.
Baca juga: Pendapatan Masyarakat yang Menurun Memicu Penurunan Permintaan Minuman Beralkohol di Sri Lanka
Sebelumnya, Australia telah mengumumkan bantuan darurat senilai 35 juta dolar AS untuk memenuhi kebutuhan pangan dan perawatan kesehatan yang mendesak di negara miskin itu.
"Kami tidak hanya ingin membantu rakyat Sri Lanka pada saat dibutuhkan, ada juga konsekuensi yang lebih dalam bagi kawasan jika krisis ini berlanjut," kata Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong dalam sebuah pernyataan.
Australia adalah anggota 'Quad', sebuah kelompok diplomatik yang terdiri dari India, Jepang dan AS yang telah menyatakan keprihatinan terkait pengaruh China yang berkembang di kawasan itu.
China memiliki lebih dari 10 persen utang luar negeri Sri Lanka dan telah banyak berinvestasi dalam infrastruktur di seluruh pulau yang berlokasi strategis, yang diposisikan di sepanjang jalur pelayaran internasional timur-barat utama.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada pekan lalu meluncurkan upaya tanggap darurat untuk memberi makan ribuan wanita hamil yang menghadapi kekurangan makanan di Sri Lanka.
"4 dari 5 orang di negara itu saat ini mulai mengalami kelaparan karena tidak mampu membayar harga makanan yang tinggi. Ini memperingatkan 'krisis kemanusiaan yang mengerikan' yang menjulang, dengan jutaan orang membutuhkan bantuan," kata PBB.