TRIBUNNEWS.COM - Untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu abad, Rusia telah gagal membayar utang luar negerinya.
Terakhir kali Rusia gagal membayar utang luar negeri adalah pada tahun 1918.
Rusia melewatkan tenggat waktu pembayaran 100 juta dolar AS atau Rp 1,48 triliun pada Minggu (26/6/2022).
Baca juga: Diplomat Rusia: Barat Enggan Jawab Pertanyaan tentang Tentara Bayarannya di Ukraina
Sebenarnya, Rusia memiliki uang dan bersedia membayar, tetapi sanksi yang diterima Rusia membuat pembayaran kepada kreditur internasional tidak dapat dilakukan.
Kremlin telah bertekad untuk menghindari default, yang merupakan pukulan besar bagi prestise bangsa.
Dikutip dari BBC, pembayaran bunga 100 juta dolar itu telah jatuh tempo pada 27 Mei 2022.
Rusia mengatakan uang itu dikirim ke Euroclear, bank yang akan mendistribusikan pembayaran kepada investor.
Menurut Bloomberg News, pembayaran itu terhenti di Euroclear dan kreditur belum menerimanya.
Sementara itu, beberapa pemegang obligasi Rusia Taiwan dalam denominasi euro belum menerima pembayaran bunga, menurut kantor berita Reuters, mengutip dua sumber.
Uang belum tiba dalam waktu 30 hari dari tanggal jatuh tempo, yaitu Minggu malam, dan dianggap sebagai default.
Euroclear tidak akan mengatakan apakah pembayaran telah diblokir, tetapi mereka mengatakan, pihaknya mematuhi semua sanksi.
Rusia dilaporkan menghasilkan sekitar 1 miliar dolar AS per hari dari ekspor bahan bakar fosil.
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Peringatkan Kemenangan Rusia di Ukraina akan Jadi Bencana bagi Dunia
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan pada bulan April, negara itu tidak memiliki rencana untuk meminjam lebih banyak.
Default akan memicu pembayaran sebagian besar utang Rusia, menurut Chris Weafer, mantan kepala strategi di bank terbesar Rusia Sberbank-CIB dan kepala eksekutif di konsultan Macro Advisory yang berbasis di Moskow.
"Beberapa bagian dari utang itu sekarang akan jatuh tempo secara otomatis karena akan ada klausul pelunasan lebih awal di semua instrumen utang."
"Jadi jika Anda gagal bayar pada salah satunya, biasanya memicu permintaan segera untuk pembayaran utang lainnya."
"Sehingga Rusia pasti bisa menghadapi pelunasan utang segera sekitar $20 miliar pada tahap ini," katanya kepada program Today BBC.
Baca juga: Beda dengan Barat, Turki Tak Jatuhkan Sanksi pada Rusia karena Bisa Rugi
Terakhir kali Rusia gagal membayar utang luar negerinya adalah pada tahun 1918, selama Revolusi Bolshevik ketika pemimpin komunis baru Vladimir Lenin menolak untuk membayar utang Kekaisaran Rusia.
Kegagalan utang terakhir Rusia dalam bentuk apapun adalah pada 1998 ketika negara itu diguncang oleh krisis rubel selama akhir rezim Boris Yeltsin yang kacau balau.
Pada saat itu Moskow gagal memenuhi pembayaran obligasi domestiknya, tetapi berhasil tidak gagal bayar utang luar negerinya.
Rusia tampaknya berada di jalur yang tak terhindarkan untuk default sejak sanksi pertama kali dijatuhkan oleh AS dan Uni Eropa setelah invasi ke Ukraina.
Hal ini membatasi akses negara itu ke jaringan perbankan internasional yang akan memproses pembayaran dari Rusia kepada investor di seluruh dunia.
Weafer mengatakan default sementara tidak akan memiliki dampak jangka pendek atau menengah di Rusia.
Sebab, negara itu memperoleh pendapatan dari penjualan komoditas mahal seperti minyak.
Namun, dia mengatakan itu akan menciptakan masalah "warisan" jika situasi dengan Ukraina dan sanksi yang dihasilkan membaik.
(Tribunnews.com/Yurika)