Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, ELMAU - Negara-negara Group of Seven (G7) sepakat untuk tetap mendukung Ukraina sampai akhir dan berkomitmen untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia.
Melansir dari Bloomberg, pada akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Jerman, para pemimpin negara G7 menekankan komitmen teguh mereka kepada pemerintah dan rakyat Ukraina, dan memperjelas tekad mereka untuk membuat Presiden Rusia Vladimir Putin membayar invasinya ke Ukraina.
"Kami akan terus membebankan biaya ekonomi yang parah dan secepatnya pada rezim Presiden Putin untuk perang yang tidak dapat dibenarkan terhadap Ukraina," kata G7 dalam pernyataan terakhir mereka yang dirilis Selasa (28/6/2022).
Baca juga: China Ledek G7, Bandingkan Populasinya yang Kalah Jauh dengan Kelompok BRICS
Setelah melakukan pertemuan selama tiga hari di Pegunungan Alpen Bavaria yang pembicaraannya didominasi oleh perang Ukraina dan dampaknya secara global, para pemimpin anggota G7 berjanji untuk menstabilkan ekonomi yang masih belum pulih dari pandemi Covid-19.
Namun solusi untuk mengatasi tantangan bersama mereka, termasuk usulan untuk pembatasan harga minyak Rusia, sebagian besar masih berupa usulan.
Tantangan China
Mengingat berbagai tantangan yang terjadi seperti perang di Ukraina, inflasi yang merajalela di seluruh dunia, krisis energi dan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, KTT G7 diadakan selama tiga hari, dibandingkan biasanya hanya berjalan selama dua hari.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengadakan beberapa pertemuan satu per satu dengan pemimpin negara-negara G7 dan melewatkan pidato penutup yang biasa diberikan kepada pers.
Sementara pembicaraan mengenai perang Ukraina mendominasi, para pemimpin anggota-anggota G7 memperhatikan tantangan besar berikutnya, dengan bagian dari komunike mereka yang ditujukan kepada China.
Ini juga merupakan topik bagi para pemimpin anggota G7 untuk pertemuan puncak NATO di Madrid, Spanyol.
Baca juga: Senyum Lebar Jokowi di Hadapan Biden dan Emmanuel Macron saat Hadiri KTT G7, Berikut Foto-fotonya
“Tidak ada dasar hukum untuk klaim maritim China yang luas di Laut China Selatan. Mengingatkan Beijing perlu menegakkan kewajibannya di bawah hukum internasional dan untuk menjauhkan diri dari ancaman, paksaan, tindakan intimidasi, atau penggunaan kekuatan,” kata para pemimpin negara-negara G7.
Mereka juga meminta China untuk menghormati komitmennya terhadap demokrasi di Hong Kong, dan menyatakan keprihatinan serius atas situasi hak asasi manusia di Tibet dan Xinjiang.
G7 juga mengeluarkan seruan kepada China untuk menekan Rusia agar menghentikan agresi militernya. Namun seperti yang diketahui para pemimpin anggota G7, seruan tersebut adalah sesuatu yang enggan dilakukan China.
Semua seruan tersebut dilaporkan akan diangkat kembali pada pertemuan KTT G20 yang diadakan di Bali akhir tahun ini, yang biasanya dihadiri Putin dan Presiden China Xi Jinping. Kanselir Jerman, Olaf Scholz mengatakan para pemimpin negara-negara G7 telah setuju untuk hadir dalam KTT G20.
"Akan hadir, jika semuanya berjalan seperti biasa. Ada kesepakatan luas di sini dalam semua diskusi kami bahwa kami tidak ingin memisahkan G-20,” katanya.
Baca juga: Dekat dengan Rusia, G7 Minta China Menekan Moskow Hentikan Perang di Ukraina
Pembatasan harga minyak
Para pemimpin negara-negara G7 memberikan kecaman keras kepada Moskow karena telah memperparah krisis pangan. Selain itu, mereka juga mengumumkan tambahan bantuan senilai 4,5 miliar dolar AS untuk membantu mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi.
Namun para pemimpin anggota G7 hanya mampu mengulangi seruan mereka terhadap Rusia untuk mengakhiri blokadenya pada pelabuhan di Laut Hitam Ukraina yang menjadi akar masalah.
India adalah salah satu dari beberapa negara mitra yang diundang dalam KTT tersebut, namun baru ada sedikit tanda yang diberikan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk mengubah pendiriannya dalam mengkritik Kremlin atas serangan militernya ke Ukraina, dan mengenai keputusan India untuk membeli minyak murah dari Rusia.
Sementara negara-negara G7 menyatakan keprihatinannya terhadap kenaikan harga energi dan ketidakstabilan pasar energi global, mereka setuju untuk mengeksplorasi langkah-langkah tambahan untuk mengurangi lonjakan harga energi dan mencegah dampak lebih lanjut pada ekonominya.
Baca juga: Di KTT G7, Jokowi Sebut 323 Juta Orang Terancam Kerawanan Pangan Akut
Langkah-langkah tambahan ini termasuk permohonan kepada negara-negara produsen minyak untuk meningkatkan produksi mereka, sebagai usaha untuk mengembangkan solusi yang dapat memenuhi tujuan mereka dalam mengurangi pendapatan Rusia dari sektor energi.
Mengenai batas harga minyak, sebuah proposal yang diajukan Perdana Menteri Italia, Mario Draghi dan diambil oleh Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, para pemimpin anggota G7 sepakat untuk mempertimbangkan berbagai pendekatan.
"Itu termasuk pilihan untuk kemungkinan larangan komprehensif dari semua layanan, yang memungkinkan transportasi minyak mentah dan produk minyak laut Rusia secara global, kecuali jika minyak dibeli pada atau di bawah harga yang akan disepakati dalam konsultasi dengan mitra internasional," kata G7 dalam pernyataannya.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron memuji pembatasan harga minyak sebagai ide yang bagus dan menganjurkan pembatasan pada harga gas Rusia, namun dia menambahkan akan ada tantangan secara teknis untuk menerapkan pembatasan harga energi Rusia.
Para menteri-menteri anggota G7 tidak diinstruksikan untuk menyempurnakan langkah tersebut, namun mereka diperintahkan untuk segera membahas mengenai pembatasan harga minyak Rusia.
Yellen menyambut kesimpulan itu sebagai langkah signifikan, dan menambahkan AS akan bekerja sama dengan sekutu untuk memajukan upaya pembatasan harga minyak Rusia.
Kerentanan terhadap pasokan gas
Sementara untuk gas Rusia, para pemimpin anggota G7 mengakui kerentanan mereka terhadap pasokan gas telah diperparah oleh perang di Ukraina, dan Eropa terlalu terburu-buru dalam menemukan alaternatif untuk mengganti pasokan gas Rusia.
Terutama Jerman, tuan rumah KTT G7 ini, yang telah memperingatkan sebelumnya adanya risiko nyata terhadap ekonomi mereka, jika negara ini tidak mendapat pasokan energi yang cukup.
Baca juga: G7 Kecam Serangan Rudal Rusia di Pusat Perbelanjaan Ukraina, Sebut sebagai Kejahatan Perang
Sehingga Jerman menekankan pentingnya peningkatan pengiriman gas alam cair, dan menambahkan mereka mengakui investasi di sektor ini diperlukan untuk menanggapi krisis pasokan bahan bakar.
Namun pernyataan Jerman merupakan kebalikan dari kesepakatan yang ditegaskan pada bulan Mei lalu, untuk menghentikan pendanaan para proyek bahan bakar fosil di luar negeri.
Pada saat yang sama, para pemimpin G7 berkomitmen untuk tetap berpegang teguh pada tujuan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius, menimbulkan pertanyaan mengenai seberapa realistis mereka akan memegang target tersebut.
“Dalam keadaan luar biasa ini, investasi yang didukung publik di sektor gas dapat sesuai sebagai tanggapan sementara, tunduk pada keadaan nasional yang ditentukan dengan jelas, dan jika dilaksanakan dengan cara yang konsisten dengan tujuan iklim kita,” kata para pemimpin negara-negara G7.